Abstrak
Pemikiran
Homans banyak dipengaruhi oleh Psikologi Perilaku yang mengatakan bahwa setiap
perilaku manusia memiliki penjelasan atau dasar psikologis yang menyebabkannya.
Ia juga menyamakan antara perilaku sosial & perilaku individual serta mengkhususkan
kajian pada interaksi
sosial. Melalui teori
Pertukaran, Homans membawa sosiologi dalam konteks yang
lebih mikro. Ia mengembangkan teori ini dengan mengajukan
beberapa proposisi ilmiah yakni: Proposisi Sukses (the success
proposition), Proposisi Pendorong (the stimulus proposition), Proposisi
Nilai (the value proposition), Proposisi Deprivasi-Kejemuan
(the deprivation-satiation proposition), Proposisi
Persetujuan-Agresi (the Aggression-Approval proposition), Proposisi
Rasionalitas (the Rationality proposition). Kritik terhadap Homans, juga
muncul dari para sosiolog lainnya karena beberapa hal: pertama, Homans
kehilangan apa yang mungkin paling esensial dalam manusia, kedua, Pandangan
“Manusia Ekonomis” tidak realistis bila melihat dunia sebagai suatu sistem yang
cenderung kearah pertukaran seimbang, ketiga, Pandangan “Distributive Justice” dalam “Kekuasaan dan Keadilan” kurang tepat. Apakah perbudakan,
gaji di bawah standar, atau peperangan benar – benar dapat di redusir pada
prinsip pertukaran?
Keyword: keseimbangan, kekuasaan dan keadilan
A.
Hantaran
Keberadaan
manusia sebagai makhluk individu dan sosial mengandung pengertian bahwa manusia
merupakan makhluk unik, dan merupakan perpaduan antara aspek individu sebagai
perwujudan dirinya sendiri dan makhluk sosial sebagai anggota kelompok atau
masyarakat.
Manusia sebagai
makhluk individu dan sosial akan menampilkan tingkah laku tertentu, akan
terjadi peristiwa pengaruh mempengaruhi antara individu yang satu dengan
individu yang lain. Hasil dari peristiwa saling mempengaruhi tersebut maka
timbulah perilaku sosial tertentu yang akan mewarnai pola interaksi tingkah
laku setiap individu. Perilaku sosial individu akan ditampilkan apabila
berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini individu akan mengembangkan pola
respon tertentu yang sifatnya cenderung konsisten dan stabil sehingga dapat
ditampilkan dalam situasi sosial yang berbeda-beda.
Perilaku
Sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain,[1] artinya perilaku sosial ini adalah perilaku yang relatif menetap
yang diperlihatkan oleh individu di dalam berinteraksi dengan orang lain. Menurut Max Weber Perilaku mempengaruhi aksi sosial dalam masyarakat yang kemudian menimbulkan masalah-masalah.[2] Orang
yang berperilakunya mencerminkan keberhasilan dalam proses sosialisasinya
dikatakan sebagai orang yang sosial, sedangkan orang yang perilakunya tidak
mencerminkan proses sosialisasi tersebut disebut non sosial. Yang termasuk ke
dalam perilaku non sosial adalah perilaku a-sosial dan anti sosial. Seseorang
yang berperilaku a-sosial tidak mengetahui apa yang yang dituntut oleh kelompok
sosial, sehingga berperilaku yang tidak memenuhi tuntutan sosial. Mereka akan
mengisolasi diri atau menghabiskan waktunya untuk menyendiri. Sedangkan yang
berperilaku anti sosial mereka mengetahui hal-hal yang dituntut kelompok tetapi
karena sikap permusuhannya, mereka melawan norma kelompok tersebut. Dalam
konteks seperti ini Weber
menyadari permasalahan-permasalah dalam masyarakat sebagai sebuah penafsiran.[3]
Skinner
mengemukakan bahwa perilaku dapat dibedakan menjadi perilaku yang alami (innate
behavior) dan perilaku operan (operant behavior). Perilaku yang
alami adalah perilaku yang dibawa sejak lahir, yang berupa repelks dan insting,
sedangkan perilaku operan adalah perilaku yang dibentuk melalui proses belajar.
Perilaku operan merupakan perilaku yang dibentuk, dipelajari dan dapat
dikendalikan, oleh karena itu dapat berubah melalui proses belajar. Akan halnya
tingkatan bahwa suatu perilaku adalah rasional (menurut ukuran logika atau
sains atau menurut standar logika ilmiah), maka hal ini dapat dipahami secara
langsung. [4]
Perilaku sosial
berkembang melalui interaksi dengan lingkungan. Lingkungan akan turut membentuk
perilaku seseorang. Lewin mengemukakan formulasi mengenai perilaku dengan
bentuk B=F (E - O) dengan pengertian B = behavior, F = function, E =
environment, dan O = organism, formulasi tersebut mengandung pengertian bahwa
perilaku (behavior) merupakan fungsi atau bergantung kepada lingkungan (environment)
dan individu (organism) yang saling berinteraksi.
Berdasarkan
deskripsi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial seseorang
sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baik lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau
memberikan peluang terhadap perkembangan seseorang secara positif, maka akan
dapat mencapai perkembangan sosial secara matang. Namun sebaliknya apabila
lingkungan sosial itu kurang kondusif, seperti perlakuan yang kasar dari orang
tua, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat yang tidak baik, maka
perilaku sosial seorang anak cenderung menampilkan perilaku yang menyimpang.
Referensi
lain sebagaimana yang dikemukakan oleh Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson,
Ernest R. Hilgard dalam buu Pengantar Psikologi Edisi Kedelapan
menyebutkan bahwa perilaku sosial merupakan fungsi dari orang dan situasinya.[5] Dimaksudkan
di sini adalah setiap manusia akan bertindak dengan cara yang berbeda dalam
situasi yang sama, setiap perilaku seseorang merefleksikan kumpulan sifat unik
yang dibawanya ke dalam suasana tertentu yaitu perilaku yang di tunjukkan
seseroang ke orang lain.[6]
Melalui
pergaulan atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang
dewasa lain, atau teman bermainnya, anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk
tingkah laku sosial. Bentuk perilaku dalam situasi sosial banyak yang nampak
a-sosial atau bahkan anti sosial, tetapi masing-masing tetap penting bagi
pengembangan proses sosialisasinya. Landasan yang diletakan pada masa
kanak-kanak awal akan menetukan cara anak menyesuaikan diri dengan lingkungan
teman bermainnya Quay dan Paterson mengemukakan enam dimensi karakteristik anak
dengan gangguan perilaku yaitu:
1.
Conduct disorders
(ketidakmampuan mengendalikan diri) yaitu mencari perhatian, selalu ingin
diperhatikan, mengganggu orang lain, berkelahi.
2.
Socialized aggression
(agresi sosial/perilaku yang dilakukan secara berkelompok) yaitu mencuri secara
berkelompok, setia dengan teman yang nakal, bolos dari sekolah dengan
teman-temannya, mempunyai kelompok yang “jelek”, dengan bebas mengakui tidak
patuh pada nilai moral dan peraturan/undang-undang.
3.
Attention problem-immaturity (masalah perhatian perilaku yang menunjukkan sikap kurang dewasa)
yaitu mempunyai kemampuan perhatian pendek, tidak dapat berkonsentrasi, yaitu
mudah dialihkan, mudah mengalihkan tugas, menjawab tanpa dipikirkan, lamban.
4.
Anxiety-withdrawal
(perilaku yang berkaitan dengan kepribadian) yaitu kesadaran diri, pemalu,
hipersensitive, perasaannya mudah sakit, sering merasa sedih, cemas, depresi.
5.
Psychotic behavior
yaitu susah fokus, cara bicara yang tidak teratur, memperlihatkan tingkah laku
ganjil.
6.
Motor excess
yaitu gelisah, tidak bisa duduk diam, terlalu banyak bicara, tidak bisa tenang.
Dalam
memahami perilaku sosial individu, dapat dilihat dari kecenderungan-kecenderungan
ciri-ciri respon interpersonalnya, yang terdiri dari :
1.
Kecenderungan Peranan (Role Disposition),
yaitu kecenderungan yang mengacu kepada tugas, kewajiban dan posisi yang dimiliki seorang individu
2.
Kecenderungan Sosiometrik (Sociometric
Disposition), yaitu kecenderungan yang bertautan dengan kesukaan,
kepercayaan terhadap individu lain, dan
3.
Ekspressi (Expression Disposition), yaitu
kecenderungan yang bertautan dengan ekpresi diri dengan menampilkan
kebiasaaan-kebiasaan khas (particular fashion).[7]
Pada
umumnya, hubungan sosial terdiri daripada masyarakat, maka kita dan masyarakat lain di lihat
mempunyai perilaku yang saling memengaruhi dalam hubungan tersebut,yang
terdapat unsur ganjaran , pengorbanan dan keuntungan. Ganjaran merupakan segala
hal yang diperolehi melalui adanya pengorbanan,manakala pengorbanan merupakan
semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah ganjaran dikurangi oleh
pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antara
dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di
tempat kerja, percintaan, perkawinan,dan persahabatan.
Analogi
dari hal tersebut, pada suatu ketika anda merasa bahwa setiap teman anda yang
di satu kelas selalu berusaha memperoleh sesuatu dari anda. Pada saat tersebut
anda selalu memberikan apa yang teman anda butuhkan dari anda, akan tetapi hal
sebaliknya justru terjadi ketika anda membutuhkan sesuatu dari teman anda.
Setiap individu menjalin pertemanan tentunya mempunyai tujuan untuk saling
memperhatikan satu sama lain. Individu tersebut pasti diharapkan untuk berbuat
sesuatu bagi sesamanya, saling membantu jikalau dibutuhkan, dan saling
memberikan dukungan dikala sedih. Akan tetapi mempertahankan hubungan
persahabatan itu juga membutuhkan biaya (cost) tertentu, seperti hilang
waktu dan energi serta kegiatan-kegiatan lainnya yang tidak jadi dilaksanakan.
Meskipun biaya-biaya ini tidak dilihat sebagai sesuatu hal yang mahal atau
membebani ketika dipandang dari sudut penghargaan (reward) yang
didapatkan dari persahabatan tersebut. namun, biaya tersebut harus
dipertimbangkan apabila kita menganalisis secara obyektif hubungan-hubungan
transaksi yang ada dalam persahabatan. Apabila biaya yang dikeluarkan terlihat
tidak sesuai dengan imbalannya, yang terjadi justru perasaan tidak enak di
pihak yang merasa bahwa imbalan yang diterima itu terlalu rendah dibandingkan
dengan biaya atau pengorbanan yang sudah diberikan.
Analisa
mengenai hubungan sosial yang terjadi menurut cost and reward ini merupakan
salah satu ciri khas teori pertukaran. Teori pertukaran ini memusatkan
perhatiannya pada tingkat analisis mikro, khususnya pada tingkat kenyataan
sosial antarpribadi (interpersonal). Pada pembahasan ini akan ditekankan
pada pemikiran teori pertukaran oleh Homans dan Blau. Homans dalam analisisnya
berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi individu untuk
menjelaskan perilaku sosial daripada hanya sekedar menggambarkannya. Akan
tetapi Blau di lain pihak berusaha beranjak dari tingkat pertukaran
antarpribadi di tingkat mikro, ke tingkat yang lebih makro yaitu struktur
sosial. Ia berusaha untuk menunjukkan bagaimana struktur sosial yang lebih
besar itu muncul dari proses-proses pertukaran dasar.
Berbeda
dengan analisis yang diungkapkan oleh teori interaksi simbolik, teori
pertukaran ini terutama melihat perilaku nyata, bukan proses-proses yang
bersifat subyektif semata. Hal ini juga dianut oleh Homans dan Blau yang tidak
memusatkan perhatiannya pada tingkat kesadaran subyektif atau hubungan-hubungan
timbal balik yang bersifat dinamis antara tingkat subyektif dan interaksi nyata
seperti yang diterjadi pada interaksionisme simbolik. Homans lebih jauh
berpendapat bahwa penjelasan ilmiah harus dipusatkan pada perilaku nyata yang
dapat diamati dan diukur secara empirik.[8] Proses
pertukaran sosial ini juga telah diungkapkan oleh para ahli sosial klasik.
Seperti yang diungkapkan dalam teori ekonomi klasik abad ke-18 dan 19, para
ahli ekonomi seperti Adam Smith sudah menganalisis pasar ekonomi sebagai hasil
dari kumpulan yang menyeluruh dari sejumlah transaksi ekonomi individual yang
tidak dapat dilihat besarnya. Ia mengasumsikan bahwa transaksi-transaksi
pertukuran akan terjadi hanya apabila kedua pihak dapat memperoleh keuntungan
dari pertukaran tersebut, dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dapat
dengan baik sekali dijamin apabila individu-individu dibiarkan untuk mengejar
kepentingan pribadinya melalui pertukaran-pertukaran yang dinegosiasikan secara
pribadi.
Ada dua teori yang termasuk kedalam paradigma perilaku
sosial:
1. Teori Behavioral
Sociology.
Teori ini dibangun dalam rangka
menerapkan prinsip-prinsip psikologi perilaku kedalam sosiologi. Memusatkan
perhatiannya kepada hubungan antara akibat dan tingkah laku yang terjadi
didalam lingkungan aktor dengan tingkah laku aktor. Konsep dasar Behavioral
sociology adalah reinforcement yang berarti ganjaran (reward).
Tidak ada sesuatu yang melekat dalam obyek yang dapat menimbulkan ganjaran.
Perulangan tingkah laku tidak dapat dirumuskan terlepas dari efeknya terhadap
perilaku itu sendiri.
2.
Teori Exchange.
Tokoh utamanya George Homans.
Teori ini dibangun sebagai reaksi terhadap paradigma fakta sosial, terutama
menyerang ide Durkheim.
Sebelum membahas lebih dalam mengenai Teori
Pertukaran, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa teori Pertukaran ini sendiri
merupakan salah satu dari 3 teori yang hampir memiliki kemiripan dan hubungan
yaitu Teori pilihan rasional, teori jaringan dan teori ini sendiri. Perbedaan
mendasar terletak dimana teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada
proses pembuatan keputusan individual,dan teori pertukaran lebih kepada
menganalisis hubungan sosial. Sedangkan teori jaringan sendiri hampir mirip
dengan teori pilihan rasional namun perbedaan mendasarnya adalah teori jaringan
menolak adanya rasionalitas dalam perilaku manusia.[9]
Dan persamaannya adalah ketiganya berorientasi positivistik.
Teori pertukaran ini sendiri lebih bersifat ekologis
dimana adanya pengaruh lingkungan terhadap perilaku aktor serta pengaruh aktor
terhadap lingkungannya. Teori ini merupakan akar dari teori pertukaran yang
dinamakan behaviorisme, dimana hubungan tadi merupakan dasar dari operant
condition. [10]
Hal ini kemudian digunakan oleh sosiolog untuk memprediksi perilaku seorang
individu di masa depannya, dengan melihat apa yang terjadi di masa lalunya /masa
kecilnya. Apabila tindakan individu ini menguntungkan di masa kecilnya, maka
kemungkinan besar akan terulang di masa depannya. Dan sebaliknya bila
merugikan, maka akan kecil kemungkinan untuk terulang. Maka sosiolog
menyebutnya dengan adanya hadiah (stimulus) yang mendukung individu agar
melakukan tindakan yang dilakukan di masa kecilnya di kemudian hari dan hukuman
untuk mengurangi kemungkinan perilaku terulang
Sudut pandang Pertukaran Sosial berpendapat bahwa orang menghitung nilai
keseluruhan dari sebuah hubungan dengan mengurangkan pengorbanannya dari
penghargaan yang diterima.
Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori pertukaran sosial
antara lain adalah psikolog John Thibaut dan Harlod Kelley
(1959), sosiolog George Homans (1961), Richard Emerson (1962),
dan Peter Blau (1964). Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam
hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita memperoleh
imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan
menghasilkan suatu imbalan bagi kita. Seperti halnya teori pembelajaran
sosial, teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku dengan
lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal).
Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan
orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi
Dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost)
dan keuntungan (profit).
Imbalan merupakan segala hal yang diperloleh melalui
adanya pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan
keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial
terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan
untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan,
perkawinan, persahabatan - hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang
terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena
berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula
sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan.
Berdasarkan keyakinan tersebut Homans dalam bukunya "Elementary
Forms of Social Behavior, 1974 mengeluarkan beberapa proposisi dan salah
satunya berbunyi:"Semua tindakan yang dilakukan oleh seseorang, makin
sering satu bentuk tindakan tertentu memperoleh imbalan, makin cenderung
orang tersebut menampilkan tindakan tertentu tadi ".
Proposisi di atas secara eksplisit menjelaskan bahwa
satu tindakan tertentu akan berulang dilakukan jika ada imbalannya. Proposisi
lain yang juga memperkuat proposisi tersebut berbunyi : "Makin tinggi nilai
hasil suatu perbuatan bagi seseorang, makin besar pula kemungkinan
perbuatan tersebut diulanginya kembali".
Bagi Homans, prinsip dasar pertukaran sosial adalah
"distributive justice" - aturan yang mengatakan bahwa sebuah
imbalan harus sebanding dengan investasi. Proposisi yang terkenal sehubungan
dengan prinsip tersebut berbunyi " seseorang dalam hubungan pertukaran
dengan orang lain akan mengharapkan imbalan yang diterima oleh setiap
pihak sebanding dengan pengorbanan yang telah dikeluarkannya -
makin tingghi pengorbanan, makin tinggi imbalannya - dan keuntungan yang
diterima oleh setiap pihak harus sebanding dengan investasinya -
makin tinggi investasi, makin tinggi keuntungan".
Asumsi dasar teori behaviorisme Homans dalam melihat
masyarakat, adalah melihatnya melalui sifat alamiah dari spesies manusia, atau
sifat objektif psikologis manusia. Menurut Homans, sifat dasar dari manusia itu
sendiri ialah menginginkan kesenangan yang sebesar-besarnya dan meminimalkan
kesusahannya. Begitu juga dalam masyarakat, dimana sifat manusia tersebut
mengkonstruksikan dunia sosial dengan manusia sebagai pusatnya. Sifat dasar
yang dimaksudkan disini bersifat pertukaran, karena berapa besarnya keuntungan
sudah menjadi sifat dasar dari spesies manusia untuk mencari keuntungan yang
sebgaian manusia mencarinya melalui altruisme [11]
dan yang lainnya melalui keegoisan. [12]
Inti dari teori pembelajaran sosial dan pertukaran
sosial adalah perilaku sosial seseorang hanya bisa dijelaskan oleh
sesuatu yang bisa diamati, bukan oleh proses mentalistik (black-box).
Semua teori yang dipengaruhi oleh perspektif ini menekankan hubungan langsung
antara perilaku yang teramati dengan lingkungan
B. Biografi George Caspar Homans
Lahir di Boston tahun 1910. Ia dibesarkan pada
lingkungan keluarga yang kaya raya. Ia juga seorang hartawan. Pada tahun 1932
Homans menerima gelar Sarjana Muda dari Harvard
University. Setelah memperoleh gelar ini George C. Homans mengalami depresi
yang cukup berat karena ia menganggur terlalu lama, tapi karena kondisi
keuangan yang baik ia tidak mengalami kebangkrutan.
Homans adalah seorang sosiolog. Ketertarikan Homans
mengenai sosiologi sebagian besar karena faktor kebetulan. Awal musim gugur
tahun 1932, ketika Homans merasa putus asa dan bosan karena lama menganggur,
seorang ahli psikologi asal Havard, Prof. Lawrence J. Henderson mengadakan
seminar tentang teori Pareto mengenai struktural sosial masyarakat Perancis.
Homans menjadi pemakalah ketika itu. Seminar ini juga dihadiri oleh Talcolt
Parsons. Pada seminar ini Homans mengungkapkan ketertarikannya pada teori
Pareto untuk menerangkan mengapa teori sosiologi Amerika sangat konservatif dan
anti-Marxis. Makalah Homans tentang Pareto ini berhasil dijadikan buku berjudul
An Introductions to Pareto yang ditulisnya bersama Charles Curtis dan
diterbitkan pada Tahun 1934.
Karya Homans dalam sosiologi sebenarnya berawal pada
tahun 1933, ketika bergabung dengan Prof. Lawrence Henderson yang sedang
meneliti ciri-ciri psikologis dari pekerjaan Industri dan Elton Mayo (guru
Homans), seorang ahli psikologi yang meneliti tentang faktor manusia dalam
indusrialisasi.[13]
Kemudian pada tahun 1934 sampai dengan 1939 Homans mengikuti Program Junior
Fellow di Havard University. Dari Program ini Homans mendapatkan banyak
pengetahuan sosiologi. Lulus di Harvard mendapat gelar
AB di tahun 1932. Pada tahun 1939 ini pula ia bergabung dengan jurusan
sosiologi tetapi terputus oleh perang. Selanjutnya
tahun 1955 Homans menerima MA dari Cambridge.
Homans mengajar di Harvard
University tahun 1939-1941 dan tahun 1953 menjadi professor sosiologi dan
mendapat kehormatan untuk menjadi profesor tamu di University of
Manchester tahun 1953, di Cambridge University dan di University of
Kent pada tahun 1967.
Homans adalah
seorang anggota National Academy of Sciences, American Sociological
Association, American Academy of Arts and Sciences, American Philosophical
Society, dan Massachusetts Historical Society.
Homans empat tahun menjabat sebagai seorang perwira
angkatan laut selama Perang Dunia II, pada saat inilah ia memikirkan masalah
penting tentang sejumlah hasil studi “lapangan” atau konkret tentang kelompok
kecil baik yang asli maupun yang modern untuk dituangkan dalam satu konsep umum
yang lengkap dengan skemanya. Setelah selesai perang, Homans kembali ke Harvard
dan bergabung dengan jurusan hubungan sosial di mana ia menjadi staf pengajar
dari 1946 sampai 1970, Ia juga mulai menulis buku berjudul The Human Group.
Dalam karyanya sendiri Homans menngumpulkan sejumlah
besar data hasil observasi yang empiris selama bertahun-tahun, tetapi baru pada
tahun 1950- an ia menemukan pendekatan teoritis yang memuaskan untuk
menganalisis data “lapangannya” itu. Perspektifnya juga dipengaruhi oleh B.F.
Skinner, seorang psikolog yang juga merupakan teman dekatnya tentang teori
behaviorisme psikologis. Berdasarkan perspektif ini Homans membangun Teori
Pertukaran.
Homans bergabung di Center for Advanced
Studies di Behavioral Sciences, presiden dari American Sociological
Association, dan anggota National Academy of Scie Homans pensiun dari posisi
pengajar di Harvard University pada tahun 1980 ke rumahnya di Cambridge, dari
mana ia terus menulis teks menjelaskan teori-teori sosialnya. Homans meninggal
pada 29 Mei 1989 di Cambridge Rumah Sakit penyakit jantung
C. Asumsi Dasar Teori
Pertukaran Sosial
Asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori pertukaran sosial mengenai sifat
dasar dari suatu hubungan :
1. Hubungan memiliki sifat saling
ketergantungan. Dalam suatu hubungan ketika seorang partisipan mengambil suatu
tindakan, baik partisipan yang satu maupun hubungan mereka secara keseluruhan
akan terkena akibat.
2. Kehidupan berhubungan adalah sebuah proses.
Pentingnya waktu dan perubahan dalam kehidupan suatu hubungan. Secara khusus
waktu mempengaruhi pertukaran karena pengalaman-pengalaman masa lalu menuntun
penilaian mengenai penghargaan dan pengorbanan, dan penilaian ini mempengaruhi
pertukaran-pertukaran selanjutnya.
Teori ini bisa digunakan untuk meneliti fenomena hubungan sosial
seseorang atau kelompok yang pindah atau berganti teman atau afiliasi kelompok.
Tinggal di kelompok kemudian keluar dan masuk. Dengan menggunakan konsep-konsep
dasar terebut sebagai variabel independen dan tindakan pindah atau berganti
sebagai variabel dependen. [14]
The reward and cost interactive relationships
may be determined by several factor. as we have noted previously, some of these
factors are external to the stream of interaction (exogeneous factors) and
others are depends upon the stream of interaction (endogeneous factors).
Exogeneous factors are abilities, similiarity, proximity, complementarity.
Endogeneous factors when optimal, facilitate the maximization of positive
outcomes for the participants in an interaction; when they are less than
optimal, they alternate potential outcomes.[15]
D. Pemikiran dan Teori yang mempengaruhi Teori Pertukaran
George C. Homans.
Meski menghormati aspek-aspek pemikiran Parsons namun
ia juga mengecam gaya pemikiran teoritis Parsons.[16]
Homans menyatakan bahwa teori Parsons bukan teori sama sekali, tetapi merupakan
sistem intelektual yang luas dalam menggolong-golongkan aspek-aspek sosial.
Menurut Homans teori Parsons hanya merupakan skema konseptual yang hanya
berguna sebagai titik tolak ilmu, karena sebuah teori harus berisi beberapa
proposisi.
Homans menolak tipe penjelasan fungsional. Homans
memperlihatkan bahwa suatu pola tertentu pada kehidupan masyarakat yang
bersifat menguntungkan masyarakat bukan untuk menjelaskan penyebab orang itu
menyesuaikan tindakannya terhadap pola tersebut. Penjelasan mengenai perilaku
menuntut suatu pemahaman mengenai motif-motif dan perasaan-perasaan manusia dan
tidak menyoalkan kebutuhan hipotesis dan tuntutan-tuntutan masyarakatnya.
Menurut Homans, nampakanya tidak ada cara untuk menentukan secara definitif apa
kebutuhan fungsional itu, terlebih jika kita mengakui bahwa kekurangan yang
diciptakan oleh runtuhnya setiap pola institusional biasanya diikuti oleh
munculnya institusi-institusi alternatif untuk menggantikan kerusakan itu,
sehingga Homans tidak menggunakan penjelasan tipe-fungsional seperti Parsons,
karena menurutnya pola-pola pertukaran harus dianalisa menurut motif-motif dan
perasaan-perasaan manusia yang terlibat dalam interaksi tersebut.
Banyak ide dasar dalam karya Homans yang juga
menyerang intepretasi Levi-Strauss[17]
mengenai kebiasaan-kebiasaan perkawinan dalam masyarakat primitif.[18]
Hal ini merupakan tema pokok dalam analisis lintas-budaya yang dikemukakan oleh
Homans. Levi-Strauss mengemukakan bahwa pola perkawinan, dimana seorang anak
mengawini putri saudara Ibunya memberikan sumbangan yang amat besar pada
tingkat solidaritas yang tinggi pada masyarakat primitif, dibandingkan dengan
seseorang yang mengawini anak dari saudara bapaknya.[19]
Alasan Levi-Strauss menjelaskan solidaritas sosial yang lebih tinggi ini adalah
bahwa pola yang lebih disukai ini mencakupi pertukaran tidak langsung dari pada
pertukaran langsung.[20]
Sedangkan Homans memberikan penjelasan yang bersifat Psikologis mengenai pola-pola
perkawinan ini. Arahnya adalah ke perasaan-perasaan manusia itu sendiri yang
bersifat alamiah (berlawanan dengan determinasi budaya), tidak terhadap
integrasi atau solidaritas masyarakat. Tekanan Homans pada penjelasan
institusi-institusi sosial di tingkat psikologi individu merupakan pendekatan
dasarnya. Homans mengemukakan bahwa alasan sering terjadinya perkawinan dengan
anak saudara Ibu hanya karena individu itu secara emosional lebih dekat dengan
Ibunya daripada Bapaknya.
Homans mengemukakan bahwa banyak tulisan sosiologis
yang sangat abstrak dan sulit untuk melihat hubungan yang jelas dengan data
empiris yang didapat dari lapangan. Konsep-konsep sosiologi seperti institusi
sosial, peran, kebudayaan, strukutur otoritas, dan status adalah konsep abstrak,
bukan konsep yang benar-benar diamati. Akibatnya, sering sulit untuk
menghubungkan konsep-konsep teoritis dengan gejala tertentu yang dapat diamati
dengan jelas dan tidak ambigu. [21]
Menurut Homans, teori tak hanya cukup mengandung
beberapa proposisi saja. Teori tentang fenomena adalah sebuah penjelasan
tentang fenomena itu sendiri. Homans berpegang pada keharusan menggunakan
prinsip-prinsip psikologi individu untuk menjelaskan perilaku sosial daripada
hanya sekedar menggambarkannya. Homans mengemukakan bahwa penjelasan ilmiah
harus dipusatkan pada perilaku nyata yang dapat diamati dan diukur secara
empirik. Keadaan-keadaan internal (perasaan dan sikap subyektif, dan
sebagainya) harus didefinisikan dalam istilah-istilah perilaku (Behavioral
term) untuk keperluan pengukuran empiris. [22]
Satu ciri khas teori pertukaran yang menonjol adalah cost
and reward. Dalam berinteraksi manusia selalu mempertimbangkan cost
(biaya atau pengorbanan) dengan reward (penghargaan atau manfaat) yang
diperoleh dari interaksi tersebut. Jika cost tidak sesuai dengan reward-nya,
maka salah satu pihak yang mengalami disertasi seperti ini akan merasa sebal
dan menghentikan interaksinya, sehingga hubungan sosialnya akan mengalami
kegagalan. Inti teori pertukaran Homans terletak pada kumpulan
proposisi-proposisi dasar yang menerangkan tentang setidaknya dua individu yang
berinteraksi. Ia mencoba menjelaskan perilaku sosial mendasar dilihat dari
sudut hadiah dan biaya. Dalam hal ini ai termotivasi oleh teori
struktural-fungsional Parsons. Menurut Homans, teori struktural-fungsional
memiliki kebaikan apa saja kecuali dalam menjelaskan segala sesuatu.[23]
Homans beranggapan bahwa dalam melihat perilaku sosial manusia, maka yang harus
diamati adalah individu atau paling tidak ada dua individu yang saling
berinteraksi. Dan pengamatan ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
E. Prinsip dasar Teori
Pertukaran Sosial George Caspar Homans
Teori pertukaran
dari homans ini sangat erat kaitannya dengan dunia psikologi manusia. Lebih
tepatnya bahwa homans melihat akar dari teori pertukaran adalah behaviorisme
yang berpengaruh langsung terhadap sosiologi perilaku. Homans mendasarkan teori
pertukaran ini dalam berbagai proporsisi yang fundamental. Meski beberapa
proporsisinya menerangkan setidaknya dua individu yang berinteraksi, namun ia
dengan sangat hati-hati menunjukan bahwa proporsisi itu berdasarkan prinsip
psikologis. [24]
Homans menganggap
dirinya adalah seorang reduksionis psikologi ketika pemikirannya tentang
proporsisinya yang dikatakan bersifat psikologis tersebut.[25] Menurut Homans,
teori pertukaran tesusun kedalam beberapa proporsisi psikologis.
Reduksionisme sendiri menurut Homans adalah “proses yang menunjukan bagaimana
proporsisi yang disebut satu ilmu (dalam hal ini sosiologi) logikanya berasal
dari proporsisi yang lebih umum yang disebut ilmu lain (dalam hal ini
psikologi). Mengapa demikian sehingga ia disebut reduksionis psikologi?.
Pertama, proporsisi
tersebut biasanya dipergunakan dan telah teruji oleh para ahli yang menamakan
dirinya psikolog. Kedua, proporsisi tersebut berkenaan dengan perilaku manusia
sebagai individu, bukan manusia sebagai kelompok atau
masyarakat. Atau dalam bahasa ringannya, Homans berpendapat bahwa
penjelasan satu individu dapat mewakili penjelasan seluruh
kelompok Perilaku sosial menurut Homans merupakan pertukaran aktifitas
konkrit maupun tidak, penuh dengan reward atau costly,
antara dua orang atau lebih.
Homans sedikit
banyak termotivasi ataupun terinspirasi oleh teori struktural – fungsional dari
teman dan koleganya yaitu Talcot Parson. Karena itulah saya dapat menuliskan
pada awal pembahasan teori pertukaran ini dengan : Prinsip dasar dari
teori pertukaran George Caspar Homans sama dengan prinsip ekonomi yaitu untung
– rugi. Hal ini dapat dilihat ketika Homans menjelaskan teori ini dengan
pengamatannya pada revolusi industri di Inggris. Melalui prinsip psikologis
bahwa ketika perusahaan membutuhkan produksi yang banyak, maka perusahaan
meningkatkan hadiah (reward) kepada para pekerja agar pekerja itu dapat
melakukan pekerjaannya dengan lebih cepat dan baik.
Homans menyesal
menamakan teorinya “teori pertukaran” karena ia melihatnya sebagai penerapan
psikologi perilaku pada situasi khusus. Ia mencoba membedakan prinsip dasar
psikologi dengan teorinya dalam pembahasan paradigma perilaku B.F. Skinner,
khususnya tentang studi burung merpati Skinner.
Bayangkan seekor merpati segar atau naif berada dalam sangkarnya di
laboratorium. Salah satu ciri perilaku bawaanya sejak lahir yang digunakannya
untuk menyelidiki lingkungannya adalah paruhnya. Ketika merpati itu mematuk ke
sana kemari di dalam sangkar, patukannya mengenai sebuah sasaran merah bundar,
dan disaat itu psikolog yang menungguinya atau mungkin sebuah mesin otomatis
memberinya makan dengan butiran padi. Faktanya adalah bahwa kemungkinan merpati
itu mengulangi perilakunya kembali – kemungkinannya merpati itu tak hanya
sekedar mematuk-matuk, tetapi mematuk sasaran merah bundar- akan meningkat.
Dalam bahasa sederhana dapat dikatakan merpati itu telah belajar mematuk target
karena dengan perilaku demikian ia mendapat hadiah.[26]
(Ritzer, 2004:358).
Dalam paradigma Skinner ini, Homans tidak melihatnya sebagai perilaku
sosial, tetapi perilaku individual, karena hubungan merpati dengan psikolog itu
hanya satu pihak. Sedangkan yang dijelaskan Homans dalam teori pertukaran adaah
perilaku sosial yang dimana aktivitas satu binatang dapat menguatkan aktivitas
binatang lain. Menurut Homans, yang terpenting adalah bahwa tak
diperlukan proporsisi baru untuk menjelaskan perbedaan perilaku sosial
dan perilaku individual (Ritzer, 2004:358). Karena itulah ia meninggalkan
konsep yang diberikan oleh Skinner sekaligus menegaskan bahwa teorinya tentu
jelas berbeda dengan konsep teori psikologi.
F. Proposisi-proposisi
1.
Proposisi
Sukses (The Success Proposition)
“Untuk semua
tindakan yang dilakukan seseorang, semakin sering tindakan khusus seseorang
diberi hadiah, semakin besar kemungkinan orang melakukan tindakan itu”[27]
Proposisi ini berarti bahwa semakin besar kemungkinan
seseorang untuk melakukan sesuatu jika di masa lalu orang tersebut telah
mendapatkan hadiah (manfaat) yang berarti bagi dirinya. Selanjutnya semakin
sering orang menerima hadiah yang berguna di masa lalu, maka makin sering
seseorang itu melakukan hal yang sama. Begitu pula, jika ia sering menerima
hadiah berupa persetujuan atas tindakannya dari orang lain, maka ia juga akan
sering memberikan perlakuan yang sama bagi orang tersebut. Adapaun perilaku
yang sesuai dengan proposisi keberhasilan ini meliputi tiga tahap: pertama
adalah tindakan orang; kedua adalah hadiah (manfaat) yang diperoleh; ketiga
adalah perulangan tindakan asli atau sekurangnya tindakan yang serupa dalam hal
tertentu.
Ketetapan proposisi sukses menurut Homans: pertama,
meski umumnya benar bahwa makin sering hadiah diterima, maka makin sering tindakan
dilakukan, namun hal ini tidak dapat berlangsung secara terbatas. Di saat
tertentu indivisu benar-benar tidak dapat bertindak seperti itu sesering
mungkin. Kedua, makin pendek jarak waktu antara perilaku dan hadiah, makin
besar kemungkinan orang mengulangi perilaku. Sebaliknya, makin lama jarak waktu
antara perilaku dan hadiah, maka makin kecil kemungkinan orang mengulangi
perilaku. Ketiga, menurut Homans, pemberian hadiah secara internitem lebih
besar kemungkinannya menimbulkan perulangan perilaku daripada mendapatkan
hadiah yang teratur. Hadiah yang teratus akan menimbulkan kebosanan dan
kejenuhan, sedangkan hadiah yang diperoleh dalam jarak waktu yang tak teratur
sangat mungkin menimbulkan perulangan perilaku.
2.
Proposisi
Pendorong (The Stimulus Proposition)
“ Bila dalam
kejadian di masa lalu dorongan tertentu atau sekumpulan dorongan telah
menyebabkan tindakan orang diberi hadiah, maka makin serupa dorongan kini
dengan dorongan di masa lalu, makinbesar kemungkinan orang melakukan tindakan
serupa”[28]
Homans menyimpulkan dari proses generalisasi dalam
kecenderungan memperluas perilaku dalam keadaan serupa. Keberhasilan seseorang
mendapatkan hadiah dari tindakan yang dilakukan, mungkin akan mendorong orang
tersebut untuk merubah perilakunya pada arah yang sama. Tetapi proses
diskriminasinya juga pentingh, artinya manusia sebagai aktor mungkin hanya akan
melakukan tindakan dalam keadaan khusus yang terbukti sukses mendapatkan hadiah
di masa lalu. Bila kondisi yang menghasilkan kesuksesan itu terjadi terlalu
rumit, maka kondisi serupa mungkin tidak akan menstimuli perilaku. Bila stimuli
krusial muncul terlalu lama sebelum perilaku diperlukan, maka stimuli itu
benar-benar merangsang perilaku. Aktor dapat menjadi terlalu sensitif terhadap
stimuli terutama jika stimuli itu sangat bernilai bagi aktor. Kenyataan aktir
dapat menanggapi stimuli yang tak berkaitan, setidaknya hingga situasi
diperbaiki melalui kegagalan berulang kali. Semuanya ini dipengaruhi oleh
kewaspadaan atau derajat perhatian individu terhadap stimuli.
3.
Proposisi
Nilai (The Value Proposition)
“Makin
tinggi nilai hasil tindakan seseorang bagi dirinya, makin besar kemungkinan ia
melakukan tindakan itu”[29]
Bila hadiah yang diberikan masing-masing kepada orang
lain amat bernilai, maka makin besar kemungkinan aktor tersebut melakukan
tindakan yang diinginkan ketimbang jika hadiahnya tidak bernilai. Disinilah
Homans memperkenalkan konsep hadiah dan hukuman. Hadiah adalah tindakan nilai
positif; makin tinggi nilai hadiah, makin besar kemungkinan mendatangkan
perilaku yang diinginkan. Menurut Homans, hukuman merupakan alat yang tidak
efisien untuk membujuk orang mengubah perilaku mereka karena orang dapat
bereaksi terhadap hukuman menurut cara yang tidak diinginkan, sehingga perilaku
ini akan cepat dihentikan. Sedangkan hadiah lebih disukai, tetapi persediaannya
mungkin terbatas. Homans menekankan bahwa teorinya sebenarnya bukanlah teori
hedonitis; menurutnya hadiah dapat berupa materi (uang) tapi juga bisa berupa
altruitis (penghargaan dari orang lain).
4.
Proposisi
Persetujuan-Agresi (The Aggression-Approval Proposition)
Proposisi A
“Bila tindakan orang tak mendapatkan hadiah yang ia harapkan atau menerima
hukuman yang tidak ia aharapkan, ia akan marah; besar kemungkinan ia akan
melakukan tindakan agresif dan akibatnya tindakan demikian makin bernilai
baginya.”[30]
Konsep frustasi dan marah menurut Homans lebih mengacu
pada keadaan mental. Menurut Homans, bila seseorang tidak mendapatkan apa yang
ia harapkan, ia akan menjadi kecewa, frustasi. Homans lalu menyatakan bahwa
frustasi terhadap harapan seperti itu, tak selalu “hanya” mengacu pada keadaan
intenal. Kekecewaan dapat pula mengacu pada seluruh kejadian eksternal, yang
tak hanya dapat diamati oleh aktor iru sendiri tetapi juga orang lain.
Proposisi A tentang persetujuan-agresi, hanya mengacu pada emosi negatif.[31]
Proposisi B
“Bila tindakan seseorang menerima hadiah yang ia harapkan, terutama hadiah yang
lebih besar daripada yang ia harapkan, atau tidak menerima hukuman yang ia
bayangkan, maka ia akan puas; ia makin besar kemungkinannya melaksanakan
tindakan yang disetujui dan akibat tindakan seperti itu akan makin bernilai
baginya”[32]
Ketika aktor mendapatkan hadiah yang diharapkan dan
orang lain yang memberikan hadiah itu mendapatkan pujian yang ia harapkan,
keduanya akan puas dan lebih mungkin memberi atau meneima hadiah, karena hadiah
berharga bagi masing-masing pihak.
5.
Proposisi
Rasionalitas (The Rationality Proposition)
“ Dalam
memilih di antara berbagai tindakan alternatif, seseorang dan memilih satu di
antaranya, yang ia anggap saaat itu memiliki value(V), sebagai hasil, dikalikan
dengan probabilitas (p), untuk mendapatkan hasil yang lebih besar”[33]
Proposisi rasionalitas Homans ini sangat jelas
dipengaruhi oleh teori pilihan rasional. Menurut istilah ekonomi, aktor yang
bertindak sesuai dengan proposisi rasionalitas adalah aktor yang memaksimalkan
kegunaannya.
Manusia sebagai aktor akan membanding-bandingkan
jumlah hadiah dari hasil tindakan yang akan mereka lakukan. Mereka pun akan
memperhitungkan kemungkinan hadiah yang benar-benar akan mereka terima. Hadiah
yang bernilai tinggi akan diturunkan nilainya, jika aktor membayangkan hadiah
itu tak mungkin dicapainya. Sebaliknya, hadiah yang benilai rendah akan
ditingkatkan jika aktor membayangkan hadiah itu dapat dicapai dengan mudah.
Proposisi rasionalitas menerangkan bahwa apakah orang
akan melakukan tindakan atau tidak tergantung pada persepsi mereka mengenai
peluang sukses. Persepsi mengenai apakah peluang sukses tersebut tinggi atau
rendah ditentukan oleh kesuksesan di masa lalu dan kesamaan situasi kini dengan
situasi kesuksesan di masa lalu. Namun proposisi rasionalitas tidak menjelaskan
kepada kita mengapa aktor menilai suatu hadiah tertentu lebih daripada hadiah
yang lain; untuk menjelaskan hal ini diperlukan proposisi nilai. Dalam semua
yang disebutkan diatas, Homans menghubungkan prinsip rasionalnya dengan
preposisi behavioristiknya.
6.
Dinamika
Perilaku Kelompok Kecil
Dalam bukunya The Human Group, Homans membahas
tentang perilaku sosial kelompok kecil. Ada tiga konsep utama yang digunakan
Homans untuk menggambarkan kelompok kecil:
a.
Kegiatan :
adalah perilaku aktual yang digambarkan pada tingkat yang sangat kongkret.
Sebagian dari gambaran mengenai kelompok apa saja yang harus meliputi catatan
mengenai kegiatan-kegiatan para anggotanya saja. Individu-individu dan
kelompok-kelompok kecil dapat dibandingkan menurut persamaan dan perbedaan
dalam kegiatan-kegiatan mereka, dan dalam tampilan perilaku dari berbagai
kegiatan itu.
b.
Interaksi :
adalah kegiatan apa saja yang merangsang atau dirangsang oleh kegiatan orang
lain. Individu-individu atau kelompok-kelompok dapat dibandingkan menurut
frekuensi interaksi, menurut siapa yang memulai interaksi, menurut
saluran-saluran yang dipilih untuk melakukan interaksi tersebut dan sebagainya.
c.
Perasaan :
Tidak hanya didefinisikan sebagai suatu keadaan subyektif, tetapi juga sebagai
suatu tanda yang bersifat eksternal atau bersifat perilaku yang menunjukkan
keadaan internal individu.
Tanda-tanda
internal individu adalah keadaan-keadaan fisiologis seperti kelaparan atau
keletihan, reaksi emosional yang positif atau negatif terhadap suatu peristiwa
atau stimulus, perasaan suka atau tidak suka, atau banyak lagi yang lain
dimasukkan dalam kategori besar, yaitu perasaan, sepanjang keadaan internal ini
dimanifestasikan dalam suatu tipe perilaku yang dapat diamati.[34]
Ketiga konsep ini membentuk suatu keseluruhan perilaku
yang terorganisasi dan berhubungan timbal-balik.[35]
Artinya kegiatan akan mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh pola-pola
interaksi dan perasaan-perasaan, begitu juga sebaliknya, interaksi dan perasaan
akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kegiatan. Ada hubungan timbal balik
antara kegiatan, interaksi dan perasaan. Jika salah satu elemen ini diubah,
maka yang lain dapat berubah juga. Keseluruhan perangkat kegiatan, pola
interaksi dan perasaan-perasaan individu serta hubungan timbal baliknya dalam
interaksi kelompok akan membentuk sistem sosial kelompok itu.
7.
Dasar-dasar
Psikologi bagi Transaksi Pertukaran
Homans membangun teori pertukarannya pada landasan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang diambil dari psikologi perilaku (behavioral
psychology) dan ekonomi dasar.[36]
Dari psikologi perilaku diambil suatu gambaran mengenai perilaku manusia
yang dibentuk oleh hal-hal yang memperkuat atau yang memberikannya dukungan
yang berbeda-beda. Dalam konteks ini, manusia mmeberikan dukungan yang positif
atau negatif terhadap satu sama lain dalam proses interaksi, dimana mereka
saling membentuk perilakunya. Sedangkan dari ekonomi dasar, Homans mengambil
konsep-konsep seperti biaya(cost), imbalan (reward),dan
keuntungan (profit) yang diharapkan dan berhubungan dengan perilaku
manusia. Tujuan Homans adalah untuk memperluas cakupannya, sehingga mencakup
pertukaran sosial juga. Misalnya, dukungan sosial seperti halnya uang, dapat
dilihat sebagai reward, dan berada dalam suatu posisi bawahan dalam
suatu hubungan sosial dapat dilihat sebagai cost. Konsep reward
ekonomi pararel dengan konsep psikologis, yakni dukungan, sedangkan konsep
ekonomi mengenai biaya pararel dengan konsep psikologis yakni hukuman. Homans
menggambarkan perilaku sosial sebagai suatu pertukaran kegiatan paling kurang
antara dua orang, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dan kurang lebih
yang memberikan reward atau mengeluarkan cost.
Konsep-konsep yang digunakan dalam The Human Group
(kegiatan, interaksi, perasaan) dimasukkan dalam teori pertukaran, yang
kemudian dikembangkan dalam Social Behavior: Its Elementary Form sebagai
istilah-istilah deskripitif. Beberapa konsep tambahan juga dibahas, yaitu :
a.
Kuantitas :
menunjuk pada frekuensi dimana suatu perilaku tertentu dinyatakan dalam suatu
jangkja waktu tertentu, atau sejumlah perilaku yang sedang terjadi.
b.
Nilai :
tingkat dimana suatu perilaku didukung atau dihukum.
Homans menambahkan bahwa pengalaman masa lampau
seseorang sebagai petunjuk untuk jenis perilaku apa yang bernilai dan berharga.
Namun demikian, kekaburan konsep Homans mengenai nilai dan kesulitan dalam
menggunakannya sebagai hipotesa prediktif daripada penjelasan yang bersifat ex
pos facto, merupakan satu sumber kecaman terhadap teori Homans sebagai satu
teori yang benar-benar bersifat deduktif.
Deprivasi dan kepuasan, investasi, dan keadilan distributif
merupakan konsep-konsep dasar dalam proposisi penjelasan yang dikembangkan
Homans. Deprivasi adalah jangka waktu sejak seseorang itu menerima suatu reward
tertentu; sedangkan kepuasan adalah kuantitas dari reward yang cukup
besar untuk memuaskan seseorang, sehingga penghargaan itu selalu dinanti dan
diinginkan lagi.
Proposisi dasar merupakan inti teori pertukaran
Homans. Proposisi-proposisi ini memusatkan perhatiannya pada keseruapaan dalam
pola perilaku tertentu yang ditampilkan, reaksi terhadap hasil perilaku itu,
dan proses memilih di antara perilaku-perilaku alternatif.[37]
Dapat disimpulkan bahwa keserupaan yang akan ditampilkan dalam suatu pola
perilaku tertentu bertambah dalam proporsi yang langsung dengan frekuensi di
mana perilaku itu dihargai di masa lampau, nilai penghargaan yang diterima, dan
persamaan situasi sekarang dengan situasi masa lampau dimana perilaku tersebut
dihargai.
G. Jenis Realitas
Dari proposisi-proposisi dan penjelasan teori Homans
di atas, maka dapat dikatakan bahwa Homans berpegang pada keharusan menggunakan
prinsip-prinsip psikologi individu untuk menjelaskan perilaku sosial. Dalam
karyanya The Human Group, walaupun membicarakan dinamika-dinamika
kelompok dalam sistem sosial, namun Homans menjelaskan perilaku
individu-individu. Beberapa proposisinya menjelaskan tentang interaksi antar
individu dalam kajian yang mengacu pada bidang psikologi. Menurut Homans pun,
untuk mengetahui realitas sosial atau bahkan sistem sosial, kita perlu untuk
menganalisa bentuk interaksi “kecil” atau paling tidak melibatkan dua individu
secara hati-hati dan teliti, karena justru individu dan kelompok-kelompok
inilah yang membangun perilaku dan realitas sosial dalam lingkup yang lebih
besar, sehingga dapat dikatakan bahwa jenis realitas teori yang disajikan
Homans bersifat subyektif.
H. Lingkup Realitas
Homans memilih kelompok kecil untuk analisa
deskriptifnya, sebagian karena kelompok itu merupakan satuan dasar yang
terdapat dalam semua tipe struktural sosial lainnya dan semua satuan budaya,[38]
dan sebagian karena keterlibatan individu tersebut dalam kelompok tersebut dan
oleh individu tersebut dijadikan sebagai pengalaman. Menurut Homans, keuntungan
pengamatan perilaku sosial dalam kelompok kecil dapat dengan mudah digambarkan
dalam istilah-istilah yang dekat dengan tingkat pengamatan empiris.[39]
Menurut penjelasan di atas, teori pertukaran oleh
Homans ini memusatkan perhatiannya dalam lingkup realitas tingkat mikro, karena
pola-pola pertukaran harus dianalisa menurut motif-motif dan perasaan-perasaan
individu yang terlibat dalam interaksi tersebut.
Sejumlah proposisi yang disusun dalam buku The
Human Group bersifat deskriptif, tidak bersifat menjelaskan. Artinya,
proposisi-proposisi itu menyatakan keseragaman empiris dalam hubungan antar
variabel-variabelnya, tetapi tidak berusaha menjelaskan mengapa keseragaman itu
muncul atau bertahan. Homans berusaha untuk bergerak lebih jauh dari deskripsi
ke penjelasan dalam bukunya yang diterbitkan sepuluh tahun kemudian, Social
Behaviour: Its Elemtary Form, maksud Homans dalam karyanya ini adalah untuk
mengembangkan proposisi yang sangat umum yang bersifat menjelaskan, darimana
keseragaman empiris dapat ditarik secara deduktif.[40]
Pusat perhatiannya malah lebih mikro lagi daripada bukunya yang terdahulu. Jika
dalam karyanya terdahulu Homans memusatkan perhatiannya pada kelompok sebagai
satu keseluruhan yang terorganisasi, yang kemudian secara eksplisit bersifat
individualistik dan reduksionis, dengan proposisi-proposisi tingkat-kelompok
yang diturunkan dari proposisi-proposisi tingkat-individual. Jadi, dengan
memusatkan perhatian pada interaksi tatap muka dimana pertukaran sosial itu
bersifat langsung, bukan tidak langsung.
I. Aktor Dalam Teori
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa jenis
realitas teori pertukaran Homans adalah realitas subyektif dan lingkup realitas
yang tertuju pada tingkatan mikro, maka dapat disimpulkan bahwa teori
pertukaran Homans menganggap bahwa manusia sebagai aktor bebas melakukan
tindakan dan berperilaku sesuai dengan kehendaknya atau voluntair.
Seperti yang telah digambarkan dalam
proposisi-proposisi Homans pada pembahasan diatas, aktor bertindak dan perilaku
lebih banyak dipengaruhi oleh kehendak dirinya sendiri dan tidak dipengaruhi
oleh struktur atau sistem sosial di sekitarnya. Aktor sangat otonom dalam
menentukan apa yang harus dilakukan untuk memberikan dan memperoleh manfaat
dari proses interaksi yang dilakukannya.
Bahkan Homans menyimpulkan bahwa struktur sosial besar
yang menurut para fungsionalis dan positivis dianggap dapat mempengaruhi aktor
dalam berperilaku sebenarnya dibentuk oleh tindakan otonom aktor itu sendiri
dalam berinteraksi dengan orang lain.
J. Lokus Realitas
Pada teori pertukaran Homans yang dibahas dalam artikel ini selalu menekankan bahwa peran individu dalam
menentukan perilaku sangat otonom. Dalam konsep reward dan cost,
individu bebas menentukan perilaku dalam berinteraksi dengan berpatokan pada
manfaat apa yang ia dapat dan seberapa besar ia berkorban (mengeluarkan biaya)
untuk mendapatkan manfaat tersebut. Homans juga lebih teliti dalam mengamati
interaksi individu dalam lingkup kelompok kecil atau mikro, sehingga dapat
disimpulkan lokus realitas teori pertukaran Homans berada pada lokus “mind”,
pemikiran, perasaan dan pertimbangan perilaku ditentukan oleh individu itu
sendiri, bukan struktur sosialnya.
K.
Kritik atas
Konsep George C Homans
Kontradiksi yang paling parah dalam teori pertukaran sosial Homans ialah
kepercayaannya bahwa dia sedang menghadapi psikologi, yaitu psikologi perilaku
yang mempelajari manusia sebagai manusia, sebagai anggota spesies manusia,
namun psikologi ini ternyata telah mengambil prinsip – prinsipnya dari perilaku
binatang. Lebih menarik adalah kenyataan bahwa Homans kehilangan apa yang
mungkin paling esensil dalam manusia. Berbeda dengan binatang, tindakan manusia
tidak perlu dikaitkan dengan masa lalu mereka, tetapi manusia dapat bertindak
sekarang, walaupun masa lalu menyediakan perhitungan berbagai kemungkinan masa
depan yang menguntungkan mereka.
Para pengkritik lain juga merasa dirisaukan oleh “manusia ekonomi” Homans –
khususnya dengan asumsi mengenai semua interaksi sosial itu “fair” atau sesuai
dengan prinsip distribusi keadilan. Pengkritik itu menyatakan tidak realistis
bila melihat dunia sebagai suatu sistem yang cenderung kearah pertukaran
seimbang. Dari kritik tersebut akan terlihat bahwa pandangan Homans tentang kekuasaan
dan keadilan itu tidak tepat. Apakah perbudakan, gaji di bawah standar,
atau peperangan benar – benar dapat di redusir pada prinsip pertukaran? Banyak
komentator sosiologis akan berfikir sebaliknya.
Para ahli sosiologi naturalistic lain tidak bersedia meredusir sosiologi ke
dalam penjelasan – penjelasan psikologis. Reduksionisme psikologi adalah
sumber pertikaian bagi para ahli sosiologi yang menyatakan gejala sosial itu
lahir dan memiliki karakteristiknya. Karakteristik (properties) itu tidak dapat
diredusir kepada penjelasan – penjelasan psikologis.
Kesalahan khusus dari posisi reduksionis Homans ialah pada kesimpulan
logisnya, bahwa reduksionisme psikologis dapat menopang sosiologi yang sudah
basi. Dengan demikian, walau pertukaran informasi antara sosiologi dan
psikologi sangat diinginkan demi pengertian yang utuh tentang manusia dalam
masyarakat, tetapi meredusir sosiologi ke prinsip – prinsip psikologis
kelihatannya tidak demi kepentingan masing – masing disiplin itu.
Walau Homans menyatakan teori pertukaran itu dapat dipaksa menjelaskan
perilaku manusia di tingkat institusional dan
sub-institusional, tetapi teori itu pada dasarnya bersifat sub-institusional
dan beruang lingkup mikro.[41]
L.
Kesimpulan
Homans dari kajian exchange theory (teori pertukaran) sosial, masih
berada pada ranah mind, konsep dasar teorinya sangat cenderung pada
kajian psikologis individu-individu dan dalam lingkup mikro, meski ia
berkeyakinan dari prilaku individu mikro inilah proses makro terjadi, sehingga
komseksuensinya adalah Homans harus meredusir faktor sosiologis dalam
pertukaran, meskipun sebenarnya ini sangat naïf menurut kritik para tokoh
terutama sosiologis naturalistic.
Kontradiksi Homans dengan para tokoh diperpanjang dan dipertajam dengan
anggapan bahwa kajian perilaku seseorang secara psikologis sangat dipengaruhi
oleh masa lalu, sehingga apapun yang manusia lakukan saat ini, tidak akan
terlepas dari pengalaman masa lalu. Sedang menurut tokoh lain, manusia adalah
merdeka, mampu menciptakan dan bertindak atau berperilaku masa sekarang tanpa
dipengaruhi oleh masa lalu, meski masa lalu dapat dijadikan pelajaran untuk
mencapai masa depan. Allahu A’lam.
DAFTAR PUSTAKA
E. Shaw, Marvin and Philip R. Costarizo. 1982. Theories of
Social Psychology. McGraw-Hill, New York.
Homans,
George C, Schiedier, David M, 1995. Marriage, Autority and Final Causes:
Study of Unilateral Cross – Cousin Marriage; Free Press. New York.
Homans,
George C. 1974, Social Behaviour; Its Elementary Form. Rev Editions. Harcourt
Brace Jovanovich. New York.
http://id.wikipedia.org/wiki/Altruisme.
Jonathan
H. Turner, 1998,
The Structure of Sociological Theory.
Sixth Edition. Wadsworth Publishing Company, U.S.A
KBBI, v1.3
Lawang,
Robert M.Z., 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
M. Poloma, Margaret, 2010, Sosiologi
Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Paul,
Doyle Johnson, 1980, Teori
Sosilogi Klasik dan Modern, PT.
Gramedia Pustaka, Jakarta.
Ritzer,
George, and Goodman, Douglas.2004. Teori Sosiologi Modern. Prenada Media.
Jakarta.
William D. Perdue “Sociological Theory: Explanation,
Paradigm, and Ideology”. Palo Alto, Calif.: Mayfield, 1986
[1] (en) AlbarracÃn, Dolores, Blair T.
Johnson, & Mark P. Zanna (2005). The Handbook of Attitude.
Routledge. h. 74-78
[2] Wardi Bacthiar (2010). Sosiologi
Klasik Dari Comte hingga Parsons. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
h. 268-269
[5] Rita L. Atkinson, Richard C.
Atkinson, Ernest R. Hilgard (1983). Pengantar Psikologi Edisi Kedelapan.
Jakarta: Erlangga. h. 251
[9] Ritzer, George dan Douglas J Goodman. Teori
Sosiologi Modern, Jakarta: Prenada Media, 2004, hal 354-355
[10] Ibid.
[11] Istilah
ini berarti sebuah paham (sifat) yang
lebih
memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain (kebalikan dr egoisme); lihat KBBI v1.3. Altruisme memusatkan perhatian pada motivasi untuk membantu
orang lain dan keinginan untuk melakukan kebaikan tanpa memperhatikan ganjaran,
sementara kewajiban memusatkan perhatian pada tuntutan moral dari individu
tertentu (seperti Tuhan, raja), organisasi khusus (seperti pemerintah),
atau konsep abstrak (seperti patriotisme,
dsb). Beberapa orang dapat merasakan altruisme sekaligus kewajiban, sementara
yang lainnya tidak. Altruisme murni memberi tanpa memperhatikan ganjaran atau
keuntungan. Konsep ini telah ada sejak lama dalam sejarah pemikiran filsafat dan etika, dan
akhir-akhir ini menjadi topik dalam psikologi
(terutama psikologi evolusioner), sosiologi, biologi, dan etologi. Gagasan
altruisme dari satu bidang dapat memberikan dampak bagi bidang lain, tapi
metoda dan pusat perhatian dari bidang-bidang ini menghasilkan
perspektif-perspektif berbeda terhadap altruisme.
http://id.wikipedia.org/wiki/Altruisme.
[12] William D. Perdue “Sociological Theory:
Explanation, Paradigm, and Ideology”. Palo Alto, Calif.:
Mayfield, 1986, hal 133
[13] Ritzer, George dan Douglas J Goodman. Teori
Sosiologi Modern, hal 362.
[14] Hamidi. 2007. Metode
Penelitian dan Teori Komunikasi: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan
Laporan Penelitian. Malang: Univ. Muhammadiyah Malang, h. 76
[15] Marvin E. Shaw, and Philip R.
Costarizo. 1982. Theories of Social Psychology. New York:
McGraw-Hill, 86
[16] Ritzer, George dan Douglas J Goodman. Ibid,
hal 84.
[17] Levi-Strauss merupakan seorang ahli
antropologi yang berasal dari Prancis, ia mengembangkan suatu perspektif
teoritis mengenai pertukaran sosial dalam analisisnnya mengenai praktik
perkawinan dan sistem kekerabatan masyarakat-masyarakat primitif, lihat: Jonathan H. Turner, The Structure of Sociological
Theory. Sixth Edition. (U.S.A : Wadsworth Publishing Company, 1998),
hal. 255
[18] Lebih lanjut Pertentangan yang terjadi ini
merupakan akibat dari tumbuhnya pertentangan antara orientasi individualistis
dan kolektisvistis. Homans mungkin merupakan seseorang yang sangat menekankan
pada pendekatan individualistis terhadap perkembangan teori sosial. Hal ini
tentunya berbeda dengan penjelasan Levi-Strauss yang bersifat kolektivistis
khususnya mengenai perkawinan dan pola-pola kekerabatan, lihat: http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_pertukaran_sosial
[19] George C. Homans and David M.Schieider; Marriage,
Authority and Final Causes: A Study of Unilateral Cross-Cousin Marriage, New
York: Free Press, 1995;hal 59
[20] Dalam menjelaskan hal ini Levi-Strauss
membedakan dua sistem pertukaran yaitu restricted exchange dan generalized
exchange. Pada restricted exchange, para anggota kelompok triad terlibat
dalam transaksi pertukaran langsung, masing-masing anggota pasangan tersebut saling
memberikan dengan dasar pribadi. Sedangkan pada generalized exchange,
anggota-anggota suatu kelompok triad atau yang lebih besar lagi, menerima
sesuatu dari seorang pasangan lain dari orang yang dia berikan sesuatu yang
berguna. Lihat: Doyle Paul Johnson, Teori
Sosilogi Klasik dan Modern, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1980), hlm.
59.atau Jonathan H. Turner, hlm. 251
[21] The Human Group, Homans; dalam Teori
Sosiologi Modern dan Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Robert Lawang,
M.Z, 1990;hal 61
[22] The Human Group, Homans; dalam Teori
Sosiologi Modern dan Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Ibid. hal 38
[23] Ritzer, George dan Douglas J Goodman. Teori
Sosiologi Modern, Jakarta: Prenada Media, 2004, hal 359
[24] Ibid, h.358
[25] Sebagaimana terlihat dari kutipan diatas, Blau
mengisyaratkan para ahli sosiologi agar waspada akan bahaya reduksionisme “yang
mengabaikan kehadiran properti sosial dan cultural, lihat Margaret
M. Poloma, Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
2010, h. 80
[26] George Ritzer, dan Douglas J Goodman. Teori
Sosiologi Modern, h. 358
[28] Ritzer, George dan Douglas J Goodman. Teori
Sosiologi Modern, ibid. hal. 364
[29] Ibid. hal. 364
[30] Ibid. hal. 365
[31] Ibid. hal. 75
[32] Ibid. hal. 75
[33] Ibid. hal. 75
[34] The Human Group, Homans; dalam Teori
Sosiologi Modern dan Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Robert Lawang,
M.Z, 1990;hal 10-23
[35] The Human Group, Homans; dalam Teori
Sosiologi Modern dan Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Robert Lawang,
M.Z, 1990;hal 87
[36] The Human Group, Homans; dalam Teori
Sosiologi Modern dan Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Robert Lawang,
M.Z, 1990;hal 64
[37] Social Behavior: Its Elementary Forms, Rev
edition New York: Harcourt, Brace, Jovanovich, 1974), hal. 15-50
[38] The Human Group, Homans; dalam Teori
Sosiologi Modern dan Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Robert Lawang,
M.Z, 1990; hal 55
[39] The Human Group, Homans; dalam Teori
Sosiologi Modern dan Teori Sosiologi Klasik dan Modern, ibid. 55
[41] Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2010, hal. 65
Tidak ada komentar:
Posting Komentar