Selasa, 21 Maret 2017

Telaah Konsep George C. Homans Tentang Social Exchange Theory


Abstrak

Pemikiran Homans banyak dipengaruhi oleh Psikologi Perilaku yang mengatakan bahwa setiap perilaku manusia memiliki penjelasan atau dasar psikologis yang menyebabkannya. Ia juga menyamakan antara perilaku sosial & perilaku individual serta mengkhususkan kajian pada interaksi sosial. Melalui teori Pertukaran, Homans membawa sosiologi dalam      konteks yang lebih mikro. Ia mengembangkan teori ini dengan mengajukan beberapa proposisi ilmiah yakni: Proposisi Sukses (the success proposition), Proposisi Pendorong (the stimulus proposition), Proposisi Nilai (the value proposition), Proposisi Deprivasi-Kejemuan (the deprivation-satiation proposition), Proposisi Persetujuan-Agresi (the Aggression-Approval proposition), Proposisi Rasionalitas (the Rationality proposition). Kritik terhadap Homans, juga muncul dari para sosiolog lainnya karena beberapa hal: pertama, Homans kehilangan apa yang mungkin paling esensial dalam manusia, kedua, Pandangan “Manusia Ekonomis” tidak realistis bila melihat dunia sebagai suatu sistem yang cenderung kearah pertukaran seimbang, ketiga, Pandangan “Distributive Justice”  dalam “Kekuasaan dan  Keadilan” kurang tepat. Apakah perbudakan, gaji di bawah standar, atau peperangan benar – benar dapat di redusir pada prinsip pertukaran?
Keyword: keseimbangan, kekuasaan dan keadilan

A.    Hantaran
Keberadaan manusia sebagai makhluk individu dan sosial mengandung pengertian bahwa manusia merupakan makhluk unik, dan merupakan perpaduan antara aspek individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan makhluk sosial sebagai anggota kelompok atau masyarakat.
Manusia sebagai makhluk individu dan sosial akan menampilkan tingkah laku tertentu, akan terjadi peristiwa pengaruh mempengaruhi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Hasil dari peristiwa saling mempengaruhi tersebut maka timbulah perilaku sosial tertentu yang akan mewarnai pola interaksi tingkah laku setiap individu. Perilaku sosial individu akan ditampilkan apabila berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini individu akan mengembangkan pola respon tertentu yang sifatnya cenderung konsisten dan stabil sehingga dapat ditampilkan dalam situasi sosial yang berbeda-beda.
Perilaku Sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain,[1] artinya perilaku sosial ini adalah perilaku yang relatif menetap yang diperlihatkan oleh individu di dalam berinteraksi dengan orang lain. Menurut Max Weber Perilaku mempengaruhi aksi sosial dalam masyarakat yang kemudian menimbulkan masalah-masalah.[2] Orang yang berperilakunya mencerminkan keberhasilan dalam proses sosialisasinya dikatakan sebagai orang yang sosial, sedangkan orang yang perilakunya tidak mencerminkan proses sosialisasi tersebut disebut non sosial. Yang termasuk ke dalam perilaku non sosial adalah perilaku a-sosial dan anti sosial. Seseorang yang berperilaku a-sosial tidak mengetahui apa yang yang dituntut oleh kelompok sosial, sehingga berperilaku yang tidak memenuhi tuntutan sosial. Mereka akan mengisolasi diri atau menghabiskan waktunya untuk menyendiri. Sedangkan yang berperilaku anti sosial mereka mengetahui hal-hal yang dituntut kelompok tetapi karena sikap permusuhannya, mereka melawan norma kelompok tersebut. Dalam konteks seperti ini Weber menyadari permasalahan-permasalah dalam masyarakat sebagai sebuah penafsiran.[3]
Skinner mengemukakan bahwa perilaku dapat dibedakan menjadi perilaku yang alami (innate behavior) dan perilaku operan (operant behavior). Perilaku yang alami adalah perilaku yang dibawa sejak lahir, yang berupa repelks dan insting, sedangkan perilaku operan adalah perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Perilaku operan merupakan perilaku yang dibentuk, dipelajari dan dapat dikendalikan, oleh karena itu dapat berubah melalui proses belajar. Akan halnya tingkatan bahwa suatu perilaku adalah rasional (menurut ukuran logika atau sains atau menurut standar logika ilmiah), maka hal ini dapat dipahami secara langsung. [4]
Perilaku sosial berkembang melalui interaksi dengan lingkungan. Lingkungan akan turut membentuk perilaku seseorang. Lewin mengemukakan formulasi mengenai perilaku dengan bentuk B=F (E - O) dengan pengertian B = behavior, F = function, E = environment, dan O = organism, formulasi tersebut mengandung pengertian bahwa perilaku (behavior) merupakan fungsi atau bergantung kepada lingkungan (environment) dan individu (organism) yang saling berinteraksi.
Berdasarkan deskripsi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan seseorang secara positif, maka akan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang. Namun sebaliknya apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif, seperti perlakuan yang kasar dari orang tua, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat yang tidak baik, maka perilaku sosial seorang anak cenderung menampilkan perilaku yang menyimpang.
Referensi lain sebagaimana yang dikemukakan oleh Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson, Ernest R. Hilgard dalam buu Pengantar Psikologi Edisi Kedelapan menyebutkan bahwa perilaku sosial merupakan fungsi dari orang dan situasinya.[5] Dimaksudkan di sini adalah setiap manusia akan bertindak dengan cara yang berbeda dalam situasi yang sama, setiap perilaku seseorang merefleksikan kumpulan sifat unik yang dibawanya ke dalam suasana tertentu yaitu perilaku yang di tunjukkan seseroang ke orang lain.[6]
Melalui pergaulan atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa lain, atau teman bermainnya, anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial. Bentuk perilaku dalam situasi sosial banyak yang nampak a-sosial atau bahkan anti sosial, tetapi masing-masing tetap penting bagi pengembangan proses sosialisasinya. Landasan yang diletakan pada masa kanak-kanak awal akan menetukan cara anak menyesuaikan diri dengan lingkungan teman bermainnya Quay dan Paterson mengemukakan enam dimensi karakteristik anak dengan gangguan perilaku yaitu:
1.      Conduct disorders (ketidakmampuan mengendalikan diri) yaitu mencari perhatian, selalu ingin diperhatikan, mengganggu orang lain, berkelahi.
2.      Socialized aggression (agresi sosial/perilaku yang dilakukan secara berkelompok) yaitu mencuri secara berkelompok, setia dengan teman yang nakal, bolos dari sekolah dengan teman-temannya, mempunyai kelompok yang “jelek”, dengan bebas mengakui tidak patuh pada nilai moral dan peraturan/undang-undang.
3.      Attention problem-immaturity (masalah perhatian perilaku yang menunjukkan sikap kurang dewasa) yaitu mempunyai kemampuan perhatian pendek, tidak dapat berkonsentrasi, yaitu mudah dialihkan, mudah mengalihkan tugas, menjawab tanpa dipikirkan, lamban.
4.      Anxiety-withdrawal (perilaku yang berkaitan dengan kepribadian) yaitu kesadaran diri, pemalu, hipersensitive, perasaannya mudah sakit, sering merasa sedih, cemas, depresi.
5.      Psychotic behavior yaitu susah fokus, cara bicara yang tidak teratur, memperlihatkan tingkah laku ganjil.
6.      Motor excess yaitu gelisah, tidak bisa duduk diam, terlalu banyak bicara, tidak bisa tenang.
Dalam memahami perilaku sosial individu, dapat dilihat dari kecenderungan-kecenderungan ciri-ciri respon interpersonalnya, yang terdiri dari :
1.      Kecenderungan Peranan (Role Disposition), yaitu kecenderungan yang mengacu kepada tugas, kewajiban dan posisi yang dimiliki seorang individu
2.      Kecenderungan Sosiometrik (Sociometric Disposition), yaitu kecenderungan yang bertautan dengan kesukaan, kepercayaan terhadap individu lain, dan
3.      Ekspressi (Expression Disposition), yaitu kecenderungan yang bertautan dengan ekpresi diri dengan menampilkan kebiasaaan-kebiasaan khas (particular fashion).[7]
Pada umumnya, hubungan sosial terdiri daripada masyarakat, maka kita dan masyarakat lain di lihat mempunyai perilaku yang saling memengaruhi dalam hubungan tersebut,yang terdapat unsur ganjaran , pengorbanan dan keuntungan. Ganjaran merupakan segala hal yang diperolehi melalui adanya pengorbanan,manakala pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah ganjaran dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antara dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan,dan persahabatan.
Analogi dari hal tersebut, pada suatu ketika anda merasa bahwa setiap teman anda yang di satu kelas selalu berusaha memperoleh sesuatu dari anda. Pada saat tersebut anda selalu memberikan apa yang teman anda butuhkan dari anda, akan tetapi hal sebaliknya justru terjadi ketika anda membutuhkan sesuatu dari teman anda. Setiap individu menjalin pertemanan tentunya mempunyai tujuan untuk saling memperhatikan satu sama lain. Individu tersebut pasti diharapkan untuk berbuat sesuatu bagi sesamanya, saling membantu jikalau dibutuhkan, dan saling memberikan dukungan dikala sedih. Akan tetapi mempertahankan hubungan persahabatan itu juga membutuhkan biaya (cost) tertentu, seperti hilang waktu dan energi serta kegiatan-kegiatan lainnya yang tidak jadi dilaksanakan. Meskipun biaya-biaya ini tidak dilihat sebagai sesuatu hal yang mahal atau membebani ketika dipandang dari sudut penghargaan (reward) yang didapatkan dari persahabatan tersebut. namun, biaya tersebut harus dipertimbangkan apabila kita menganalisis secara obyektif hubungan-hubungan transaksi yang ada dalam persahabatan. Apabila biaya yang dikeluarkan terlihat tidak sesuai dengan imbalannya, yang terjadi justru perasaan tidak enak di pihak yang merasa bahwa imbalan yang diterima itu terlalu rendah dibandingkan dengan biaya atau pengorbanan yang sudah diberikan.
Analisa mengenai hubungan sosial yang terjadi menurut cost and reward ini merupakan salah satu ciri khas teori pertukaran. Teori pertukaran ini memusatkan perhatiannya pada tingkat analisis mikro, khususnya pada tingkat kenyataan sosial antarpribadi (interpersonal). Pada pembahasan ini akan ditekankan pada pemikiran teori pertukaran oleh Homans dan Blau. Homans dalam analisisnya berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi individu untuk menjelaskan perilaku sosial daripada hanya sekedar menggambarkannya. Akan tetapi Blau di lain pihak berusaha beranjak dari tingkat pertukaran antarpribadi di tingkat mikro, ke tingkat yang lebih makro yaitu struktur sosial. Ia berusaha untuk menunjukkan bagaimana struktur sosial yang lebih besar itu muncul dari proses-proses pertukaran dasar.
Berbeda dengan analisis yang diungkapkan oleh teori interaksi simbolik, teori pertukaran ini terutama melihat perilaku nyata, bukan proses-proses yang bersifat subyektif semata. Hal ini juga dianut oleh Homans dan Blau yang tidak memusatkan perhatiannya pada tingkat kesadaran subyektif atau hubungan-hubungan timbal balik yang bersifat dinamis antara tingkat subyektif dan interaksi nyata seperti yang diterjadi pada interaksionisme simbolik. Homans lebih jauh berpendapat bahwa penjelasan ilmiah harus dipusatkan pada perilaku nyata yang dapat diamati dan diukur secara empirik.[8] Proses pertukaran sosial ini juga telah diungkapkan oleh para ahli sosial klasik. Seperti yang diungkapkan dalam teori ekonomi klasik abad ke-18 dan 19, para ahli ekonomi seperti Adam Smith sudah menganalisis pasar ekonomi sebagai hasil dari kumpulan yang menyeluruh dari sejumlah transaksi ekonomi individual yang tidak dapat dilihat besarnya. Ia mengasumsikan bahwa transaksi-transaksi pertukuran akan terjadi hanya apabila kedua pihak dapat memperoleh keuntungan dari pertukaran tersebut, dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dapat dengan baik sekali dijamin apabila individu-individu dibiarkan untuk mengejar kepentingan pribadinya melalui pertukaran-pertukaran yang dinegosiasikan secara pribadi.
Ada dua teori yang termasuk kedalam paradigma perilaku sosial:
1.      Teori Behavioral Sociology.
Teori ini dibangun dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip psikologi perilaku kedalam sosiologi. Memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat dan tingkah laku yang terjadi didalam lingkungan aktor dengan tingkah laku aktor. Konsep dasar Behavioral sociology adalah reinforcement yang berarti ganjaran (reward). Tidak ada sesuatu yang melekat dalam obyek yang dapat menimbulkan ganjaran. Perulangan tingkah laku tidak dapat dirumuskan terlepas dari efeknya terhadap perilaku itu sendiri.
2.      Teori Exchange.
Tokoh utamanya George Homans. Teori ini dibangun sebagai reaksi terhadap paradigma fakta sosial, terutama menyerang ide Durkheim.
Sebelum membahas lebih dalam mengenai Teori Pertukaran, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa teori Pertukaran ini sendiri merupakan salah satu dari 3 teori yang hampir memiliki kemiripan dan hubungan yaitu Teori pilihan rasional, teori jaringan dan teori ini sendiri. Perbedaan mendasar terletak dimana teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada proses pembuatan keputusan individual,dan teori pertukaran lebih kepada menganalisis hubungan sosial. Sedangkan teori jaringan sendiri hampir mirip dengan teori pilihan rasional namun perbedaan mendasarnya adalah teori jaringan menolak adanya rasionalitas dalam perilaku manusia.[9] Dan persamaannya adalah ketiganya berorientasi positivistik.
Teori pertukaran ini sendiri lebih bersifat ekologis dimana adanya pengaruh lingkungan terhadap perilaku aktor serta pengaruh aktor terhadap lingkungannya. Teori ini merupakan akar dari teori pertukaran yang dinamakan behaviorisme, dimana hubungan tadi merupakan dasar dari operant condition. [10] Hal ini kemudian digunakan oleh sosiolog untuk memprediksi perilaku seorang individu di masa depannya, dengan melihat apa yang terjadi di masa lalunya /masa kecilnya. Apabila tindakan individu ini menguntungkan di masa kecilnya, maka kemungkinan besar akan terulang di masa depannya. Dan sebaliknya bila merugikan, maka akan kecil kemungkinan untuk terulang. Maka sosiolog menyebutnya dengan adanya hadiah (stimulus) yang mendukung individu agar melakukan tindakan yang dilakukan di masa kecilnya di kemudian hari dan hukuman untuk mengurangi kemungkinan perilaku terulang
Sudut pandang Pertukaran Sosial berpendapat bahwa orang menghitung nilai keseluruhan dari sebuah hubungan dengan mengurangkan pengorbanannya dari penghargaan yang diterima.
Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori pertukaran sosial antara lain adalah psikolog John Thibaut dan Harlod Kelley (1959), sosiolog George Homans (1961), Richard Emerson (1962), dan Peter Blau (1964). Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita memperoleh imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan suatu imbalan bagi kita. Seperti halnya teori pembelajaran sosial,  teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi Dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit).
Imbalan merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya  pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku  di tempat kerja, percintaan, perkawinan, persahabatan - hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan.
Berdasarkan keyakinan tersebut Homans dalam bukunya "Elementary Forms of Social Behavior, 1974 mengeluarkan beberapa proposisi dan salah satunya berbunyi:"Semua tindakan yang dilakukan oleh seseorang, makin sering satu bentuk tindakan tertentu memperoleh imbalan, makin cenderung orang tersebut menampilkan tindakan tertentu tadi ".
Proposisi di atas secara eksplisit menjelaskan bahwa satu tindakan tertentu akan berulang dilakukan jika ada imbalannya. Proposisi lain yang juga memperkuat proposisi tersebut berbunyi : "Makin tinggi nilai hasil suatu perbuatan bagi seseorang, makin besar pula kemungkinan perbuatan tersebut diulanginya kembali".
Bagi Homans, prinsip dasar pertukaran sosial adalah "distributive justice" - aturan yang mengatakan bahwa sebuah imbalan harus sebanding dengan investasi. Proposisi yang terkenal sehubungan dengan prinsip tersebut berbunyi " seseorang dalam hubungan pertukaran dengan orang lain akan mengharapkan imbalan yang diterima oleh setiap pihak sebanding dengan pengorbanan yang telah dikeluarkannya - makin tingghi pengorbanan, makin tinggi imbalannya - dan keuntungan yang diterima oleh setiap pihak harus sebanding dengan investasinya - makin tinggi investasi, makin tinggi keuntungan".
Asumsi dasar teori behaviorisme Homans dalam melihat masyarakat, adalah melihatnya melalui sifat alamiah dari spesies manusia, atau sifat objektif psikologis manusia. Menurut Homans, sifat dasar dari manusia itu sendiri ialah menginginkan kesenangan yang sebesar-besarnya dan meminimalkan kesusahannya. Begitu juga dalam masyarakat, dimana sifat manusia tersebut mengkonstruksikan dunia sosial dengan manusia sebagai pusatnya. Sifat dasar yang dimaksudkan disini bersifat pertukaran, karena berapa besarnya keuntungan sudah menjadi sifat dasar dari spesies manusia untuk mencari keuntungan yang sebgaian manusia mencarinya melalui altruisme [11] dan yang lainnya melalui keegoisan. [12]
Inti dari teori pembelajaran sosial dan pertukaran sosial  adalah perilaku sosial seseorang hanya bisa dijelaskan oleh sesuatu yang bisa diamati, bukan oleh proses mentalistik (black-box). Semua teori yang dipengaruhi oleh perspektif ini menekankan hubungan langsung antara perilaku yang teramati dengan lingkungan
B.     Biografi George Caspar Homans
Lahir di Boston tahun 1910. Ia dibesarkan pada lingkungan keluarga yang kaya raya. Ia juga seorang hartawan. Pada tahun 1932 Homans menerima gelar Sarjana Muda dari Harvard University. Setelah memperoleh gelar ini George C. Homans mengalami depresi yang cukup berat karena ia menganggur terlalu lama, tapi karena kondisi keuangan yang baik ia tidak mengalami kebangkrutan.
Homans adalah seorang sosiolog. Ketertarikan Homans mengenai sosiologi sebagian besar karena faktor kebetulan. Awal musim gugur tahun 1932, ketika Homans merasa putus asa dan bosan karena lama menganggur, seorang ahli psikologi asal Havard, Prof. Lawrence J. Henderson mengadakan seminar tentang teori Pareto mengenai struktural sosial masyarakat Perancis. Homans menjadi pemakalah ketika itu. Seminar ini juga dihadiri oleh Talcolt Parsons. Pada seminar ini Homans mengungkapkan ketertarikannya pada teori Pareto untuk menerangkan mengapa teori sosiologi Amerika sangat konservatif dan anti-Marxis. Makalah Homans tentang Pareto ini berhasil dijadikan buku berjudul An Introductions to Pareto yang ditulisnya bersama Charles Curtis dan diterbitkan pada Tahun 1934.
Karya Homans dalam sosiologi sebenarnya berawal pada tahun 1933, ketika bergabung dengan Prof. Lawrence Henderson yang sedang meneliti ciri-ciri psikologis dari pekerjaan Industri dan Elton Mayo (guru Homans), seorang ahli psikologi yang meneliti tentang faktor manusia dalam indusrialisasi.[13] Kemudian pada tahun 1934 sampai dengan 1939 Homans mengikuti Program Junior Fellow di Havard University. Dari Program ini Homans mendapatkan banyak pengetahuan sosiologi. Lulus di Harvard mendapat gelar AB di tahun 1932. Pada tahun 1939 ini pula ia bergabung dengan jurusan sosiologi tetapi terputus oleh perang. Selanjutnya tahun 1955 Homans menerima MA dari Cambridge.
Homans mengajar di Harvard University tahun 1939-1941 dan tahun 1953 menjadi professor sosiologi dan mendapat kehormatan untuk menjadi profesor tamu di University of Manchester  tahun 1953, di Cambridge University dan  di University of Kent pada tahun 1967.
Homans adalah seorang anggota National Academy of Sciences, American Sociological Association, American Academy of Arts and Sciences, American Philosophical Society, dan Massachusetts Historical Society.
Homans empat tahun menjabat sebagai seorang perwira angkatan laut selama Perang Dunia II, pada saat inilah ia memikirkan masalah penting tentang sejumlah hasil studi “lapangan” atau konkret tentang kelompok kecil baik yang asli maupun yang modern untuk dituangkan dalam satu konsep umum yang lengkap dengan skemanya. Setelah selesai perang, Homans kembali ke Harvard dan bergabung dengan jurusan hubungan sosial di mana ia menjadi staf pengajar dari 1946 sampai 1970, Ia juga mulai menulis buku berjudul The Human Group.
Dalam karyanya sendiri Homans menngumpulkan sejumlah besar data hasil observasi yang empiris selama bertahun-tahun, tetapi baru pada tahun 1950- an ia menemukan pendekatan teoritis yang memuaskan untuk menganalisis data “lapangannya” itu. Perspektifnya juga dipengaruhi oleh B.F. Skinner, seorang psikolog yang juga merupakan teman dekatnya tentang teori behaviorisme psikologis. Berdasarkan perspektif ini Homans membangun Teori Pertukaran.
Homans bergabung di  Center for Advanced Studies di Behavioral Sciences, presiden dari American Sociological Association, dan anggota National Academy of Scie Homans pensiun dari posisi pengajar di Harvard University pada tahun 1980 ke rumahnya di Cambridge, dari mana ia terus menulis teks menjelaskan teori-teori sosialnya. Homans meninggal pada  29 Mei 1989 di Cambridge Rumah Sakit penyakit jantung
C.    Asumsi Dasar Teori Pertukaran Sosial
Asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori pertukaran sosial mengenai sifat dasar dari suatu hubungan :
1.      Hubungan memiliki sifat saling ketergantungan. Dalam suatu hubungan ketika seorang partisipan mengambil suatu tindakan, baik partisipan yang satu maupun hubungan mereka secara keseluruhan akan terkena akibat.
2.      Kehidupan berhubungan adalah sebuah proses. Pentingnya waktu dan perubahan dalam kehidupan suatu hubungan. Secara khusus waktu mempengaruhi pertukaran karena pengalaman-pengalaman masa lalu menuntun penilaian mengenai penghargaan dan pengorbanan, dan penilaian ini mempengaruhi pertukaran-pertukaran selanjutnya.
Teori ini bisa digunakan untuk meneliti fenomena hubungan sosial seseorang atau kelompok yang pindah atau berganti teman atau afiliasi kelompok. Tinggal di kelompok kemudian keluar dan masuk. Dengan menggunakan konsep-konsep dasar terebut sebagai variabel independen dan tindakan pindah atau berganti sebagai variabel dependen. [14]
The reward and cost interactive relationships may be determined by several factor. as we have noted previously, some of these factors are external to the stream of interaction (exogeneous factors) and others are depends upon the stream of interaction (endogeneous factors). Exogeneous factors are abilities, similiarity, proximity, complementarity. Endogeneous factors when optimal, facilitate the maximization of positive outcomes for the participants in an interaction; when they are less than optimal, they alternate potential outcomes.[15]

D.    Pemikiran dan Teori yang mempengaruhi Teori Pertukaran George C. Homans.
Meski menghormati aspek-aspek pemikiran Parsons namun ia juga mengecam gaya pemikiran teoritis Parsons.[16] Homans menyatakan bahwa teori Parsons bukan teori sama sekali, tetapi merupakan sistem intelektual yang luas dalam menggolong-golongkan aspek-aspek sosial. Menurut Homans teori Parsons hanya merupakan skema konseptual yang hanya berguna sebagai titik tolak ilmu, karena sebuah teori harus berisi beberapa proposisi.
Homans menolak tipe penjelasan fungsional. Homans memperlihatkan bahwa suatu pola tertentu pada kehidupan masyarakat yang bersifat menguntungkan masyarakat bukan untuk menjelaskan penyebab orang itu menyesuaikan tindakannya terhadap pola tersebut. Penjelasan mengenai perilaku menuntut suatu pemahaman mengenai motif-motif dan perasaan-perasaan manusia dan tidak menyoalkan kebutuhan hipotesis dan tuntutan-tuntutan masyarakatnya. Menurut Homans, nampakanya tidak ada cara untuk menentukan secara definitif apa kebutuhan fungsional itu, terlebih jika kita mengakui bahwa kekurangan yang diciptakan oleh runtuhnya setiap pola institusional biasanya diikuti oleh munculnya institusi-institusi alternatif untuk menggantikan kerusakan itu, sehingga Homans tidak menggunakan penjelasan tipe-fungsional seperti Parsons, karena menurutnya pola-pola pertukaran harus dianalisa menurut motif-motif dan perasaan-perasaan manusia yang terlibat dalam interaksi tersebut.
Banyak ide dasar dalam karya Homans yang juga menyerang intepretasi Levi-Strauss[17] mengenai kebiasaan-kebiasaan perkawinan dalam masyarakat primitif.[18] Hal ini merupakan tema pokok dalam analisis lintas-budaya yang dikemukakan oleh Homans. Levi-Strauss mengemukakan bahwa pola perkawinan, dimana seorang anak mengawini putri saudara Ibunya memberikan sumbangan yang amat besar pada tingkat solidaritas yang tinggi pada masyarakat primitif, dibandingkan dengan seseorang yang mengawini anak dari saudara bapaknya.[19] Alasan Levi-Strauss menjelaskan solidaritas sosial yang lebih tinggi ini adalah bahwa pola yang lebih disukai ini mencakupi pertukaran tidak langsung dari pada pertukaran langsung.[20] Sedangkan Homans memberikan penjelasan yang bersifat Psikologis mengenai pola-pola perkawinan ini. Arahnya adalah ke perasaan-perasaan manusia itu sendiri yang bersifat alamiah (berlawanan dengan determinasi budaya), tidak terhadap integrasi atau solidaritas masyarakat. Tekanan Homans pada penjelasan institusi-institusi sosial di tingkat psikologi individu merupakan pendekatan dasarnya. Homans mengemukakan bahwa alasan sering terjadinya perkawinan dengan anak saudara Ibu hanya karena individu itu secara emosional lebih dekat dengan Ibunya daripada Bapaknya.
Homans mengemukakan bahwa banyak tulisan sosiologis yang sangat abstrak dan sulit untuk melihat hubungan yang jelas dengan data empiris yang didapat dari lapangan. Konsep-konsep sosiologi seperti institusi sosial, peran, kebudayaan, strukutur otoritas, dan status adalah konsep abstrak, bukan konsep yang benar-benar diamati. Akibatnya, sering sulit untuk menghubungkan konsep-konsep teoritis dengan gejala tertentu yang dapat diamati dengan jelas dan tidak ambigu. [21]
Menurut Homans, teori tak hanya cukup mengandung beberapa proposisi saja. Teori tentang fenomena adalah sebuah penjelasan tentang fenomena itu sendiri. Homans berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi individu untuk menjelaskan perilaku sosial daripada hanya sekedar menggambarkannya. Homans mengemukakan bahwa penjelasan ilmiah harus dipusatkan pada perilaku nyata yang dapat diamati dan diukur secara empirik. Keadaan-keadaan internal (perasaan dan sikap subyektif, dan sebagainya) harus didefinisikan dalam istilah-istilah perilaku (Behavioral term) untuk keperluan pengukuran empiris. [22]
Satu ciri khas teori pertukaran yang menonjol adalah cost and reward. Dalam berinteraksi manusia selalu mempertimbangkan cost (biaya atau pengorbanan) dengan reward (penghargaan atau manfaat) yang diperoleh dari interaksi tersebut. Jika cost tidak sesuai dengan reward-nya, maka salah satu pihak yang mengalami disertasi seperti ini akan merasa sebal dan menghentikan interaksinya, sehingga hubungan sosialnya akan mengalami kegagalan. Inti teori pertukaran Homans terletak pada kumpulan proposisi-proposisi dasar yang menerangkan tentang setidaknya dua individu yang berinteraksi. Ia mencoba menjelaskan perilaku sosial mendasar dilihat dari sudut hadiah dan biaya. Dalam hal ini ai termotivasi oleh teori struktural-fungsional Parsons. Menurut Homans, teori struktural-fungsional memiliki kebaikan apa saja kecuali dalam menjelaskan segala sesuatu.[23] Homans beranggapan bahwa dalam melihat perilaku sosial manusia, maka yang harus diamati adalah individu atau paling tidak ada dua individu yang saling berinteraksi. Dan pengamatan ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
E.     Prinsip dasar Teori Pertukaran Sosial George Caspar Homans
Teori pertukaran dari homans ini sangat erat kaitannya dengan dunia psikologi manusia. Lebih tepatnya bahwa homans melihat akar dari teori pertukaran adalah behaviorisme yang berpengaruh langsung terhadap sosiologi perilaku. Homans mendasarkan teori pertukaran ini dalam berbagai proporsisi yang fundamental. Meski beberapa proporsisinya menerangkan setidaknya dua individu yang berinteraksi, namun ia dengan sangat hati-hati menunjukan bahwa proporsisi itu berdasarkan  prinsip psikologis. [24]
Homans menganggap dirinya adalah seorang reduksionis psikologi ketika pemikirannya tentang proporsisinya yang dikatakan bersifat psikologis tersebut.[25] Menurut Homans, teori pertukaran tesusun kedalam beberapa proporsisi psikologis. Reduksionisme sendiri menurut Homans adalah “proses yang menunjukan bagaimana proporsisi yang disebut satu ilmu (dalam hal ini sosiologi) logikanya berasal dari proporsisi yang lebih umum yang disebut ilmu lain (dalam hal ini psikologi). Mengapa demikian sehingga ia disebut reduksionis psikologi?.
Pertama, proporsisi tersebut biasanya dipergunakan dan telah teruji oleh para ahli yang menamakan dirinya psikolog. Kedua, proporsisi tersebut berkenaan dengan perilaku manusia sebagai individu, bukan manusia sebagai kelompok atau masyarakat.  Atau dalam bahasa ringannya, Homans berpendapat bahwa penjelasan satu individu dapat mewakili penjelasan seluruh kelompok Perilaku sosial menurut Homans merupakan pertukaran aktifitas konkrit maupun tidak, penuh dengan reward atau costly, antara dua orang atau lebih.
Homans sedikit banyak termotivasi ataupun terinspirasi oleh teori struktural – fungsional dari teman dan koleganya yaitu Talcot Parson. Karena itulah saya dapat menuliskan pada awal pembahasan teori pertukaran ini dengan : Prinsip dasar dari teori pertukaran George Caspar Homans sama dengan prinsip ekonomi yaitu untung – rugi. Hal ini dapat dilihat ketika Homans menjelaskan teori ini dengan pengamatannya pada revolusi industri di Inggris. Melalui prinsip psikologis bahwa ketika perusahaan membutuhkan produksi yang banyak, maka perusahaan meningkatkan hadiah (reward) kepada para pekerja agar pekerja itu dapat melakukan pekerjaannya dengan lebih cepat dan baik.
Homans menyesal menamakan teorinya “teori pertukaran” karena ia melihatnya sebagai penerapan psikologi perilaku pada situasi khusus. Ia mencoba membedakan prinsip dasar psikologi dengan teorinya dalam pembahasan paradigma perilaku B.F. Skinner, khususnya tentang studi burung merpati Skinner.
Bayangkan seekor merpati segar atau naif berada dalam sangkarnya di laboratorium. Salah satu ciri perilaku bawaanya sejak lahir yang digunakannya untuk menyelidiki lingkungannya adalah paruhnya. Ketika merpati itu mematuk ke sana kemari di dalam sangkar, patukannya mengenai sebuah sasaran merah bundar, dan disaat itu psikolog yang menungguinya atau mungkin sebuah mesin otomatis memberinya makan dengan butiran padi. Faktanya adalah bahwa kemungkinan merpati itu mengulangi perilakunya kembali – kemungkinannya merpati itu tak hanya sekedar mematuk-matuk, tetapi mematuk sasaran merah bundar- akan meningkat. Dalam bahasa sederhana dapat dikatakan merpati itu telah belajar mematuk target karena dengan perilaku demikian ia mendapat hadiah.[26] (Ritzer, 2004:358).

Dalam paradigma Skinner ini, Homans tidak melihatnya sebagai perilaku sosial, tetapi perilaku individual, karena hubungan merpati dengan psikolog itu hanya satu pihak. Sedangkan yang dijelaskan Homans dalam teori pertukaran adaah perilaku sosial yang dimana aktivitas satu binatang dapat menguatkan aktivitas binatang lain. Menurut Homans, yang terpenting adalah bahwa tak diperlukan proporsisi baru untuk menjelaskan perbedaan perilaku sosial dan perilaku individual (Ritzer, 2004:358). Karena itulah ia meninggalkan konsep yang diberikan oleh Skinner sekaligus menegaskan bahwa teorinya tentu jelas berbeda dengan konsep teori psikologi.
F.     Proposisi-proposisi
1.      Proposisi Sukses (The Success Proposition)
“Untuk semua tindakan yang dilakukan seseorang, semakin sering tindakan khusus seseorang diberi hadiah, semakin besar kemungkinan orang melakukan tindakan itu”[27]
Proposisi ini berarti bahwa semakin besar kemungkinan seseorang untuk melakukan sesuatu jika di masa lalu orang tersebut telah mendapatkan hadiah (manfaat) yang berarti bagi dirinya. Selanjutnya semakin sering orang menerima hadiah yang berguna di masa lalu, maka makin sering seseorang itu melakukan hal yang sama. Begitu pula, jika ia sering menerima hadiah berupa persetujuan atas tindakannya dari orang lain, maka ia juga akan sering memberikan perlakuan yang sama bagi orang tersebut. Adapaun perilaku yang sesuai dengan proposisi keberhasilan ini meliputi tiga tahap: pertama adalah tindakan orang; kedua adalah hadiah (manfaat) yang diperoleh; ketiga adalah perulangan tindakan asli atau sekurangnya tindakan yang serupa dalam hal tertentu.
Ketetapan proposisi sukses menurut Homans: pertama, meski umumnya benar bahwa makin sering hadiah diterima, maka makin sering tindakan dilakukan, namun hal ini tidak dapat berlangsung secara terbatas. Di saat tertentu indivisu benar-benar tidak dapat bertindak seperti itu sesering mungkin. Kedua, makin pendek jarak waktu antara perilaku dan hadiah, makin besar kemungkinan orang mengulangi perilaku. Sebaliknya, makin lama jarak waktu antara perilaku dan hadiah, maka makin kecil kemungkinan orang mengulangi perilaku. Ketiga, menurut Homans, pemberian hadiah secara internitem lebih besar kemungkinannya menimbulkan perulangan perilaku daripada mendapatkan hadiah yang teratur. Hadiah yang teratus akan menimbulkan kebosanan dan kejenuhan, sedangkan hadiah yang diperoleh dalam jarak waktu yang tak teratur sangat mungkin menimbulkan perulangan perilaku.
2.      Proposisi Pendorong (The Stimulus Proposition)
“ Bila dalam kejadian di masa lalu dorongan tertentu atau sekumpulan dorongan telah menyebabkan tindakan orang diberi hadiah, maka makin serupa dorongan kini dengan dorongan di masa lalu, makinbesar kemungkinan orang melakukan tindakan serupa”[28]
Homans menyimpulkan dari proses generalisasi dalam kecenderungan memperluas perilaku dalam keadaan serupa. Keberhasilan seseorang mendapatkan hadiah dari tindakan yang dilakukan, mungkin akan mendorong orang tersebut untuk merubah perilakunya pada arah yang sama. Tetapi proses diskriminasinya juga pentingh, artinya manusia sebagai aktor mungkin hanya akan melakukan tindakan dalam keadaan khusus yang terbukti sukses mendapatkan hadiah di masa lalu. Bila kondisi yang menghasilkan kesuksesan itu terjadi terlalu rumit, maka kondisi serupa mungkin tidak akan menstimuli perilaku. Bila stimuli krusial muncul terlalu lama sebelum perilaku diperlukan, maka stimuli itu benar-benar merangsang perilaku. Aktor dapat menjadi terlalu sensitif terhadap stimuli terutama jika stimuli itu sangat bernilai bagi aktor. Kenyataan aktir dapat menanggapi stimuli yang tak berkaitan, setidaknya hingga situasi diperbaiki melalui kegagalan berulang kali. Semuanya ini dipengaruhi oleh kewaspadaan atau derajat perhatian individu terhadap stimuli.
3.      Proposisi Nilai (The Value Proposition)
“Makin tinggi nilai hasil tindakan seseorang bagi dirinya, makin besar kemungkinan ia melakukan tindakan itu”[29]
Bila hadiah yang diberikan masing-masing kepada orang lain amat bernilai, maka makin besar kemungkinan aktor tersebut melakukan tindakan yang diinginkan ketimbang jika hadiahnya tidak bernilai. Disinilah Homans memperkenalkan konsep hadiah dan hukuman. Hadiah adalah tindakan nilai positif; makin tinggi nilai hadiah, makin besar kemungkinan mendatangkan perilaku yang diinginkan. Menurut Homans, hukuman merupakan alat yang tidak efisien untuk membujuk orang mengubah perilaku mereka karena orang dapat bereaksi terhadap hukuman menurut cara yang tidak diinginkan, sehingga perilaku ini akan cepat dihentikan. Sedangkan hadiah lebih disukai, tetapi persediaannya mungkin terbatas. Homans menekankan bahwa teorinya sebenarnya bukanlah teori hedonitis; menurutnya hadiah dapat berupa materi (uang) tapi juga bisa berupa altruitis (penghargaan dari orang lain).
4.      Proposisi Persetujuan-Agresi (The Aggression-Approval Proposition)
Proposisi A “Bila tindakan orang tak mendapatkan hadiah yang ia harapkan atau menerima hukuman yang tidak ia aharapkan, ia akan marah; besar kemungkinan ia akan melakukan tindakan agresif dan akibatnya tindakan demikian makin bernilai baginya.”[30]
Konsep frustasi dan marah menurut Homans lebih mengacu pada keadaan mental. Menurut Homans, bila seseorang tidak mendapatkan apa yang ia harapkan, ia akan menjadi kecewa, frustasi. Homans lalu menyatakan bahwa frustasi terhadap harapan seperti itu, tak selalu “hanya” mengacu pada keadaan intenal. Kekecewaan dapat pula mengacu pada seluruh kejadian eksternal, yang tak hanya dapat diamati oleh aktor iru sendiri tetapi juga orang lain. Proposisi A tentang persetujuan-agresi, hanya mengacu pada emosi negatif.[31]
Proposisi B “Bila tindakan seseorang menerima hadiah yang ia harapkan, terutama hadiah yang lebih besar daripada yang ia harapkan, atau tidak menerima hukuman yang ia bayangkan, maka ia akan puas; ia makin besar kemungkinannya melaksanakan tindakan yang disetujui dan akibat tindakan seperti itu akan makin bernilai baginya”[32]
Ketika aktor mendapatkan hadiah yang diharapkan dan orang lain yang memberikan hadiah itu mendapatkan pujian yang ia harapkan, keduanya akan puas dan lebih mungkin memberi atau meneima hadiah, karena hadiah berharga bagi masing-masing pihak.
5.      Proposisi Rasionalitas (The Rationality Proposition)
“ Dalam memilih di antara berbagai tindakan alternatif, seseorang dan memilih satu di antaranya, yang ia anggap saaat itu memiliki value(V), sebagai hasil, dikalikan dengan probabilitas (p), untuk mendapatkan hasil yang lebih besar”[33]
Proposisi rasionalitas Homans ini sangat jelas dipengaruhi oleh teori pilihan rasional. Menurut istilah ekonomi, aktor yang bertindak sesuai dengan proposisi rasionalitas adalah aktor yang memaksimalkan kegunaannya.
Manusia sebagai aktor akan membanding-bandingkan jumlah hadiah dari hasil tindakan yang akan mereka lakukan. Mereka pun akan memperhitungkan kemungkinan hadiah yang benar-benar akan mereka terima. Hadiah yang bernilai tinggi akan diturunkan nilainya, jika aktor membayangkan hadiah itu tak mungkin dicapainya. Sebaliknya, hadiah yang benilai rendah akan ditingkatkan jika aktor membayangkan hadiah itu dapat dicapai dengan mudah.
Proposisi rasionalitas menerangkan bahwa apakah orang akan melakukan tindakan atau tidak tergantung pada persepsi mereka mengenai peluang sukses. Persepsi mengenai apakah peluang sukses tersebut tinggi atau rendah ditentukan oleh kesuksesan di masa lalu dan kesamaan situasi kini dengan situasi kesuksesan di masa lalu. Namun proposisi rasionalitas tidak menjelaskan kepada kita mengapa aktor menilai suatu hadiah tertentu lebih daripada hadiah yang lain; untuk menjelaskan hal ini diperlukan proposisi nilai. Dalam semua yang disebutkan diatas, Homans menghubungkan prinsip rasionalnya dengan preposisi behavioristiknya.
6.      Dinamika Perilaku Kelompok Kecil
Dalam bukunya The Human Group, Homans membahas tentang perilaku sosial kelompok kecil. Ada tiga konsep utama yang digunakan Homans untuk menggambarkan kelompok kecil:
a.       Kegiatan : adalah perilaku aktual yang digambarkan pada tingkat yang sangat kongkret. Sebagian dari gambaran mengenai kelompok apa saja yang harus meliputi catatan mengenai kegiatan-kegiatan para anggotanya saja. Individu-individu dan kelompok-kelompok kecil dapat dibandingkan menurut persamaan dan perbedaan dalam kegiatan-kegiatan mereka, dan dalam tampilan perilaku dari berbagai kegiatan itu.
b.      Interaksi : adalah kegiatan apa saja yang merangsang atau dirangsang oleh kegiatan orang lain. Individu-individu atau kelompok-kelompok dapat dibandingkan menurut frekuensi interaksi, menurut siapa yang memulai interaksi, menurut saluran-saluran yang dipilih untuk melakukan interaksi tersebut dan sebagainya.
c.       Perasaan : Tidak hanya didefinisikan sebagai suatu keadaan subyektif, tetapi juga sebagai suatu tanda yang bersifat eksternal atau bersifat perilaku yang menunjukkan keadaan internal individu.
Tanda-tanda internal individu adalah keadaan-keadaan fisiologis seperti kelaparan atau keletihan, reaksi emosional yang positif atau negatif terhadap suatu peristiwa atau stimulus, perasaan suka atau tidak suka, atau banyak lagi yang lain dimasukkan dalam kategori besar, yaitu perasaan, sepanjang keadaan internal ini dimanifestasikan dalam suatu tipe perilaku yang dapat diamati.[34]
Ketiga konsep ini membentuk suatu keseluruhan perilaku yang terorganisasi dan berhubungan timbal-balik.[35] Artinya kegiatan akan mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh pola-pola interaksi dan perasaan-perasaan, begitu juga sebaliknya, interaksi dan perasaan akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kegiatan. Ada hubungan timbal balik antara kegiatan, interaksi dan perasaan. Jika salah satu elemen ini diubah, maka yang lain dapat berubah juga. Keseluruhan perangkat kegiatan, pola interaksi dan perasaan-perasaan individu serta hubungan timbal baliknya dalam interaksi kelompok akan membentuk sistem sosial kelompok itu.
7.      Dasar-dasar Psikologi bagi Transaksi Pertukaran
Homans membangun teori pertukarannya pada landasan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang diambil dari psikologi perilaku (behavioral psychology) dan ekonomi dasar.[36] Dari psikologi perilaku diambil suatu gambaran mengenai perilaku manusia yang dibentuk oleh hal-hal yang memperkuat atau yang memberikannya dukungan yang berbeda-beda. Dalam konteks ini, manusia mmeberikan dukungan yang positif atau negatif terhadap satu sama lain dalam proses interaksi, dimana mereka saling membentuk perilakunya. Sedangkan dari ekonomi dasar, Homans mengambil konsep-konsep seperti biaya(cost), imbalan (reward),dan keuntungan (profit) yang diharapkan dan berhubungan dengan perilaku manusia. Tujuan Homans adalah untuk memperluas cakupannya, sehingga mencakup pertukaran sosial juga. Misalnya, dukungan sosial seperti halnya uang, dapat dilihat sebagai reward, dan berada dalam suatu posisi bawahan dalam suatu hubungan sosial dapat dilihat sebagai cost. Konsep reward ekonomi pararel dengan konsep psikologis, yakni dukungan, sedangkan konsep ekonomi mengenai biaya pararel dengan konsep psikologis yakni hukuman. Homans menggambarkan perilaku sosial sebagai suatu pertukaran kegiatan paling kurang antara dua orang, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dan kurang lebih yang memberikan reward atau mengeluarkan cost.
Konsep-konsep yang digunakan dalam The Human Group (kegiatan, interaksi, perasaan) dimasukkan dalam teori pertukaran, yang kemudian dikembangkan dalam Social Behavior: Its Elementary Form sebagai istilah-istilah deskripitif. Beberapa konsep tambahan juga dibahas, yaitu :
a.       Kuantitas : menunjuk pada frekuensi dimana suatu perilaku tertentu dinyatakan dalam suatu jangkja waktu tertentu, atau sejumlah perilaku yang sedang terjadi.
b.      Nilai : tingkat dimana suatu perilaku didukung atau dihukum.
Homans menambahkan bahwa pengalaman masa lampau seseorang sebagai petunjuk untuk jenis perilaku apa yang bernilai dan berharga. Namun demikian, kekaburan konsep Homans mengenai nilai dan kesulitan dalam menggunakannya sebagai hipotesa prediktif daripada penjelasan yang bersifat ex pos facto, merupakan satu sumber kecaman terhadap teori Homans sebagai satu teori yang benar-benar bersifat deduktif.
Deprivasi dan kepuasan, investasi, dan keadilan distributif merupakan konsep-konsep dasar dalam proposisi penjelasan yang dikembangkan Homans. Deprivasi adalah jangka waktu sejak seseorang itu menerima suatu reward tertentu; sedangkan kepuasan adalah kuantitas dari reward yang cukup besar untuk memuaskan seseorang, sehingga penghargaan itu selalu dinanti dan diinginkan lagi.
Proposisi dasar merupakan inti teori pertukaran Homans. Proposisi-proposisi ini memusatkan perhatiannya pada keseruapaan dalam pola perilaku tertentu yang ditampilkan, reaksi terhadap hasil perilaku itu, dan proses memilih di antara perilaku-perilaku alternatif.[37] Dapat disimpulkan bahwa keserupaan yang akan ditampilkan dalam suatu pola perilaku tertentu bertambah dalam proporsi yang langsung dengan frekuensi di mana perilaku itu dihargai di masa lampau, nilai penghargaan yang diterima, dan persamaan situasi sekarang dengan situasi masa lampau dimana perilaku tersebut dihargai.
G.    Jenis Realitas
Dari proposisi-proposisi dan penjelasan teori Homans di atas, maka dapat dikatakan bahwa Homans berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi individu untuk menjelaskan perilaku sosial. Dalam karyanya The Human Group, walaupun membicarakan dinamika-dinamika kelompok dalam sistem sosial, namun Homans menjelaskan perilaku individu-individu. Beberapa proposisinya menjelaskan tentang interaksi antar individu dalam kajian yang mengacu pada bidang psikologi. Menurut Homans pun, untuk mengetahui realitas sosial atau bahkan sistem sosial, kita perlu untuk menganalisa bentuk interaksi “kecil” atau paling tidak melibatkan dua individu secara hati-hati dan teliti, karena justru individu dan kelompok-kelompok inilah yang membangun perilaku dan realitas sosial dalam lingkup yang lebih besar, sehingga dapat dikatakan bahwa jenis realitas teori yang disajikan Homans bersifat subyektif.
H.    Lingkup Realitas
Homans memilih kelompok kecil untuk analisa deskriptifnya, sebagian karena kelompok itu merupakan satuan dasar yang terdapat dalam semua tipe struktural sosial lainnya dan semua satuan budaya,[38] dan sebagian karena keterlibatan individu tersebut dalam kelompok tersebut dan oleh individu tersebut dijadikan sebagai pengalaman. Menurut Homans, keuntungan pengamatan perilaku sosial dalam kelompok kecil dapat dengan mudah digambarkan dalam istilah-istilah yang dekat dengan tingkat pengamatan empiris.[39]
Menurut penjelasan di atas, teori pertukaran oleh Homans ini memusatkan perhatiannya dalam lingkup realitas tingkat mikro, karena pola-pola pertukaran harus dianalisa menurut motif-motif dan perasaan-perasaan individu yang terlibat dalam interaksi tersebut.
Sejumlah proposisi yang disusun dalam buku The Human Group bersifat deskriptif, tidak bersifat menjelaskan. Artinya, proposisi-proposisi itu menyatakan keseragaman empiris dalam hubungan antar variabel-variabelnya, tetapi tidak berusaha menjelaskan mengapa keseragaman itu muncul atau bertahan. Homans berusaha untuk bergerak lebih jauh dari deskripsi ke penjelasan dalam bukunya yang diterbitkan sepuluh tahun kemudian, Social Behaviour: Its Elemtary Form, maksud Homans dalam karyanya ini adalah untuk mengembangkan proposisi yang sangat umum yang bersifat menjelaskan, darimana keseragaman empiris dapat ditarik secara deduktif.[40] Pusat perhatiannya malah lebih mikro lagi daripada bukunya yang terdahulu. Jika dalam karyanya terdahulu Homans memusatkan perhatiannya pada kelompok sebagai satu keseluruhan yang terorganisasi, yang kemudian secara eksplisit bersifat individualistik dan reduksionis, dengan proposisi-proposisi tingkat-kelompok yang diturunkan dari proposisi-proposisi tingkat-individual. Jadi, dengan memusatkan perhatian pada interaksi tatap muka dimana pertukaran sosial itu bersifat langsung, bukan tidak langsung.
I.       Aktor Dalam Teori
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa jenis realitas teori pertukaran Homans adalah realitas subyektif dan lingkup realitas yang tertuju pada tingkatan mikro, maka dapat disimpulkan bahwa teori pertukaran Homans menganggap bahwa manusia sebagai aktor bebas melakukan tindakan dan berperilaku sesuai dengan kehendaknya atau voluntair.
Seperti yang telah digambarkan dalam proposisi-proposisi Homans pada pembahasan diatas, aktor bertindak dan perilaku lebih banyak dipengaruhi oleh kehendak dirinya sendiri dan tidak dipengaruhi oleh struktur atau sistem sosial di sekitarnya. Aktor sangat otonom dalam menentukan apa yang harus dilakukan untuk memberikan dan memperoleh manfaat dari proses interaksi yang dilakukannya.
Bahkan Homans menyimpulkan bahwa struktur sosial besar yang menurut para fungsionalis dan positivis dianggap dapat mempengaruhi aktor dalam berperilaku sebenarnya dibentuk oleh tindakan otonom aktor itu sendiri dalam berinteraksi dengan orang lain.
J.      Lokus Realitas
Pada teori pertukaran Homans yang dibahas dalam artikel ini selalu menekankan bahwa peran individu dalam menentukan perilaku sangat otonom. Dalam konsep reward dan cost, individu bebas menentukan perilaku dalam berinteraksi dengan berpatokan pada manfaat apa yang ia dapat dan seberapa besar ia berkorban (mengeluarkan biaya) untuk mendapatkan manfaat tersebut. Homans juga lebih teliti dalam mengamati interaksi individu dalam lingkup kelompok kecil atau mikro, sehingga dapat disimpulkan lokus realitas teori pertukaran Homans berada pada lokus “mind”, pemikiran, perasaan dan pertimbangan perilaku ditentukan oleh individu itu sendiri, bukan struktur sosialnya.

K.    Kritik atas Konsep George C Homans
Kontradiksi yang paling parah dalam teori pertukaran sosial Homans ialah kepercayaannya bahwa dia sedang menghadapi psikologi, yaitu psikologi perilaku yang mempelajari manusia sebagai manusia, sebagai anggota spesies manusia, namun psikologi ini ternyata telah mengambil prinsip – prinsipnya dari perilaku binatang. Lebih menarik adalah kenyataan bahwa Homans kehilangan apa yang mungkin paling esensil dalam manusia. Berbeda dengan binatang, tindakan manusia tidak perlu dikaitkan dengan masa lalu mereka, tetapi manusia dapat bertindak sekarang, walaupun masa lalu menyediakan perhitungan berbagai kemungkinan masa depan yang menguntungkan mereka.
Para pengkritik lain juga merasa dirisaukan oleh “manusia ekonomi” Homans – khususnya dengan asumsi mengenai semua interaksi sosial itu “fair” atau sesuai dengan prinsip distribusi keadilan. Pengkritik itu menyatakan tidak realistis bila melihat dunia sebagai suatu sistem yang cenderung kearah pertukaran seimbang. Dari kritik tersebut akan terlihat bahwa pandangan Homans tentang kekuasaan dan keadilan itu tidak tepat. Apakah perbudakan, gaji di bawah standar, atau peperangan benar – benar dapat di redusir pada prinsip pertukaran? Banyak komentator sosiologis akan berfikir sebaliknya.
Para ahli sosiologi naturalistic lain tidak bersedia meredusir sosiologi ke dalam penjelasan – penjelasan  psikologis. Reduksionisme psikologi adalah sumber pertikaian bagi para ahli sosiologi yang menyatakan gejala sosial itu lahir dan memiliki karakteristiknya. Karakteristik (properties) itu tidak dapat diredusir kepada penjelasan – penjelasan psikologis.
Kesalahan khusus dari posisi reduksionis Homans ialah pada kesimpulan logisnya, bahwa reduksionisme psikologis dapat menopang sosiologi yang sudah basi. Dengan demikian, walau pertukaran informasi antara sosiologi dan psikologi sangat diinginkan demi pengertian yang utuh tentang manusia dalam masyarakat, tetapi  meredusir sosiologi ke prinsip – prinsip psikologis kelihatannya tidak demi kepentingan masing – masing disiplin itu.
Walau Homans menyatakan teori pertukaran itu dapat dipaksa menjelaskan perilaku manusia di tingkat institusional dan sub-institusional, tetapi teori itu pada dasarnya bersifat sub-institusional dan beruang lingkup mikro.[41]

L.     Kesimpulan
Homans dari kajian exchange theory (teori pertukaran) sosial, masih berada pada ranah mind, konsep dasar teorinya sangat cenderung pada kajian psikologis individu-individu dan dalam lingkup mikro, meski ia berkeyakinan dari prilaku individu mikro inilah proses makro terjadi, sehingga komseksuensinya adalah Homans harus meredusir faktor sosiologis dalam pertukaran, meskipun sebenarnya ini sangat naïf menurut kritik para tokoh terutama sosiologis naturalistic.
Kontradiksi Homans dengan para tokoh diperpanjang dan dipertajam dengan anggapan bahwa kajian perilaku seseorang secara psikologis sangat dipengaruhi oleh masa lalu, sehingga apapun yang manusia lakukan saat ini, tidak akan terlepas dari pengalaman masa lalu. Sedang menurut tokoh lain, manusia adalah merdeka, mampu menciptakan dan bertindak atau berperilaku masa sekarang tanpa dipengaruhi oleh masa lalu, meski masa lalu dapat dijadikan pelajaran untuk mencapai masa depan. Allahu A’lam.

DAFTAR PUSTAKA

E. Shaw, Marvin and Philip R. Costarizo. 1982. Theories of Social Psychology.  McGraw-Hill, New York.
Homans, George C, Schiedier, David M, 1995. Marriage, Autority and Final Causes: Study of Unilateral Cross – Cousin Marriage; Free Press. New York.
Homans, George C. 1974, Social Behaviour; Its Elementary Form. Rev Editions. Harcourt Brace Jovanovich. New York.
http://id.wikipedia.org/wiki/Altruisme.
Jonathan H. Turner, 1998, The Structure of Sociological Theory. Sixth Edition. Wadsworth Publishing Company, U.S.A
KBBI, v1.3
Lawang, Robert M.Z., 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
M. Poloma, Margaret, 2010, Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Paul, Doyle Johnson, 1980, Teori Sosilogi Klasik dan Modern, PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Ritzer, George, and Goodman, Douglas.2004. Teori Sosiologi Modern. Prenada Media. Jakarta.
William D. Perdue “Sociological Theory: Explanation, Paradigm, and Ideology”. Palo Alto, Calif.: Mayfield, 1986



[1] (en) Albarracín, Dolores, Blair T. Johnson, & Mark P. Zanna (2005). The Handbook of Attitude. Routledge. h. 74-78
[2] Wardi Bacthiar (2010). Sosiologi Klasik Dari Comte hingga Parsons. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. h. 268-269
[3] Wardi Bacthiar (2010) Ibid.
[4] Wardi Bacthiar (2010) Ibid.
[5] Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson, Ernest R. Hilgard (1983). Pengantar Psikologi Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga. h. 251
[6] Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson, Ernest R. Hilgard (1983), Ibid.
[7] Krech et.al (1962). Individual in Society, Tokyo: McGraw-Hill Kogakasha. h. 104-106
[8] George C. Homans, The Human Group (New York: Harcourt, Brace and Company, 1950), h.38
[9] Ritzer, George dan Douglas J Goodman. Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prenada Media, 2004,  hal 354-355
[10] Ibid.
[11] Istilah ini berarti sebuah paham (sifat) yang lebih memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain (kebalikan dr egoisme); lihat KBBI v1.3. Altruisme memusatkan perhatian pada motivasi untuk membantu orang lain dan keinginan untuk melakukan kebaikan tanpa memperhatikan ganjaran, sementara kewajiban memusatkan perhatian pada tuntutan moral dari individu tertentu (seperti Tuhan, raja), organisasi khusus (seperti pemerintah), atau konsep abstrak (seperti patriotisme, dsb). Beberapa orang dapat merasakan altruisme sekaligus kewajiban, sementara yang lainnya tidak. Altruisme murni memberi tanpa memperhatikan ganjaran atau keuntungan. Konsep ini telah ada sejak lama dalam sejarah pemikiran filsafat dan etika, dan akhir-akhir ini menjadi topik dalam psikologi (terutama psikologi evolusioner), sosiologi, biologi, dan etologi. Gagasan altruisme dari satu bidang dapat memberikan dampak bagi bidang lain, tapi metoda dan pusat perhatian dari bidang-bidang ini menghasilkan perspektif-perspektif berbeda terhadap altruisme. http://id.wikipedia.org/wiki/Altruisme.
[12] William D. Perdue “Sociological Theory: Explanation, Paradigm, and Ideology”. Palo Alto, Calif.: Mayfield, 1986,  hal 133
[13] Ritzer, George dan Douglas J Goodman. Teori Sosiologi Modern, hal 362.
[14] Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: Univ. Muhammadiyah Malang, h. 76
[15] Marvin E. Shaw, and Philip R. Costarizo. 1982. Theories of Social Psychology. New York: McGraw-Hill, 86
[16] Ritzer, George dan Douglas J Goodman. Ibid, hal 84.
[17] Levi-Strauss merupakan seorang ahli antropologi yang berasal dari Prancis, ia mengembangkan suatu perspektif teoritis mengenai pertukaran sosial dalam analisisnnya mengenai praktik perkawinan dan sistem kekerabatan masyarakat-masyarakat primitif, lihat: Jonathan H. Turner, The Structure of Sociological Theory. Sixth Edition. (U.S.A : Wadsworth Publishing Company, 1998), hal. 255
[18] Lebih lanjut Pertentangan yang terjadi ini merupakan akibat dari tumbuhnya pertentangan antara orientasi individualistis dan kolektisvistis. Homans mungkin merupakan seseorang yang sangat menekankan pada pendekatan individualistis terhadap perkembangan teori sosial. Hal ini tentunya berbeda dengan penjelasan Levi-Strauss yang bersifat kolektivistis khususnya mengenai perkawinan dan pola-pola kekerabatan, lihat: http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_pertukaran_sosial
[19] George C. Homans and David M.Schieider; Marriage, Authority and Final Causes: A Study of Unilateral Cross-Cousin Marriage, New York: Free Press, 1995;hal 59
[20] Dalam menjelaskan hal ini Levi-Strauss membedakan dua sistem pertukaran yaitu restricted exchange dan generalized exchange. Pada restricted exchange, para anggota kelompok triad terlibat dalam transaksi pertukaran langsung, masing-masing anggota pasangan tersebut saling memberikan dengan dasar pribadi. Sedangkan pada generalized exchange, anggota-anggota suatu kelompok triad atau yang lebih besar lagi, menerima sesuatu dari seorang pasangan lain dari orang yang dia berikan sesuatu yang berguna. Lihat: Doyle Paul Johnson, Teori Sosilogi Klasik dan Modern, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1980), hlm. 59.atau Jonathan H. Turner, hlm. 251
[21] The Human Group, Homans; dalam Teori Sosiologi Modern dan Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Robert Lawang, M.Z,  1990;hal 61
[22] The Human Group, Homans; dalam Teori Sosiologi Modern dan Teori Sosiologi Klasik dan Modern.  Ibid. hal 38
[23] Ritzer, George dan Douglas J Goodman. Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prenada Media, 2004,  hal 359
[24] Ibid, h.358
[25] Sebagaimana terlihat dari kutipan diatas, Blau mengisyaratkan para ahli sosiologi agar waspada akan bahaya reduksionisme “yang mengabaikan kehadiran properti sosial dan cultural, lihat Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2010, h. 80
[26] George Ritzer, dan Douglas J Goodman. Teori Sosiologi Modern, h. 358
[27] Ritzer, George dan Douglas J Goodman. Teori Sosiologi Modern, ibid. hal. 361
[28] Ritzer, George dan Douglas J Goodman. Teori Sosiologi Modern, ibid. hal. 364
[29] Ibid. hal. 364
[30] Ibid. hal. 365
[31] Ibid. hal. 75
[32] Ibid. hal. 75
[33] Ibid. hal. 75
[34] The Human Group, Homans; dalam Teori Sosiologi Modern dan Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Robert Lawang, M.Z,  1990;hal 10-23
[35] The Human Group, Homans; dalam Teori Sosiologi Modern dan Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Robert Lawang, M.Z,  1990;hal 87
[36] The Human Group, Homans; dalam Teori Sosiologi Modern dan Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Robert Lawang, M.Z,  1990;hal 64
[37] Social Behavior: Its Elementary Forms, Rev edition New York: Harcourt, Brace, Jovanovich, 1974), hal. 15-50
[38] The Human Group, Homans; dalam Teori Sosiologi Modern dan Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Robert Lawang, M.Z,  1990; hal 55
[39] The Human Group, Homans; dalam Teori Sosiologi Modern dan Teori Sosiologi Klasik dan Modern, ibid. 55
[40] “introduction” dalam Social Behaviour: Its Elemtary Form, Homans
[41] Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2010, hal. 65